- Menentukan titik lokasi pengeboran, pada proyek ini dilakukan pada daerah longsoran. Mulai dari bagian atas, tengah dan bawah longsoran. Setiap titik bor berjarak 25 meter dengan titik bor lain atau disebut spasi 25 meter.
- Meletakkan mesin bor di titik pengeboran dengan posisi sedatar mungkin. Pada bagian spindle (bagian mesin bor yang berfungsi memutar pipa bor) tepat berada di atas titik bor.
- Mendirikan tripod di lokasi pengeboran, memposisikan hoisting (alat berupa sambungan pipa yang memiliki drag yang terhubung dengan tali sling berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan pipa bor) berada tepat di atas spindle.
- Memasukkan stang bor ke dalam spindle kemudian dibawahnya disambung dengan head-core barrel mata bor. Pada saat awal pengeboran biasanya digunakan core barrel dengan panjang 50 cm atau sering di sebut dengan pipa starting. Pada pengeboran ini digunakan mata bor dan core barrel diameter 73 mm.
- Menyalakan mesin bor dan melakukan pengeboran inti (coring) sedalam 50 cm.
- Rangkaian kemudian diangkat untuk mengambil sampel dari dalam core barrel.
- Lepaskan core barrel beserta head dan mata bor dari stang bor. Biarkan stang bor tetap berada pada spindle.
- Letakkan core barrel di atas tempat pengeluaran sampel. Bisa berupa tanah yang dilapisi terpal kemudian di atasnya diletakkan 2 balok untuk pengganjal core barrel.
- Memasangkan water swivel pada core-barrel head. Kemudian keran air dibuka agar menekan sampel (coring) ke luar dari core barrel.
- Setelah sampel dikeluarkan, pasang kembali mata bor pada core barrel, kemudian dipompakan air agar sampel yang berada pada mata bor bisa dikeluarkan.
- Masukkan sampel pada plastik sampel lalu diikat kedua ujungnya agar sampel tidak banyak kontak dengan udara.
- Sampel yang sudah dibungkus plastik kemudian diletakkan pada core box sesuai dengan kedalaman dari sampel tersebut diambil.
Uji SPT ke-1 (Soil Penetration Test)
- Pasangkan tabung SPT pada stang bor yang sudah berada pada spindle. Masukkan rangkaian tersebut ke dalam lubang bor dengan memutar stang spindle.
- Sambungkan jack hammer dengan hoisting kemudian angkat jack hammer dengan bantuan mesin bor.
- Letakkan jack hammer di atas nocking. Sambungkan bagian atas dari nocking dengan stang bor sepanjang 1,5 m yang sudah ditandai sepanjang 83 cm melalui bagian tengah dari jack hammer.
- Pada stang bor di bagian bawah, ditandai sejajar dengan permukaan lubang bor, dan setiap 15 cm di atasnya sebanyak 3 kali (sehingga panjangnya 45 cm). Ini dilakukan untuk melihat nilai N1, N2, dan N3 setiap 15 cm.
- Dilakukan pembebanan dengan cara menarik jack hammer setinggi 83 cm, kemudian dijatuhkan sehingga jack hammer memukul bagian nocking dan mendorong tabung SPT di bagian bawah masuk ke dalam tanah.
- Dilakukan pukulan berkali-kali sehingga tabung SPT masuk sedalam 15 cm, diliat berdasarkan tanda yang sudah kita buat pada stang bor. Jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk masuk sedalam 15 cm pertama menunjukkan nilai N1.
- Pukulan dilakukan lagi hingga tabung SPT masuk sedalam 15 cm kedua. Jumlah pukulan yang dibutuhkan menunjukkan nilai N2.
- Pukulan dilakukan lagi hingga tabung SPT masuk sedalam 15 cm ketiga. Jumlah pukulan yang dinutuhkan menunjukkan nilai N3.
- Nilai N1, N2, dan N3 kemudian dicatat pada buku beserta kedalaman dilakukannya uji SPT.
- Nilai SPT didapatkan dengan menjumlahkan nilai N2 dan N3. N1 tidak diikutkan dalam hitungan karena dianggap rusak oleh proses pengeboran sebelumnya.
- Kemudian rangkain diangkat ke atas dan tabung SPT dilepaskan dari stang bor.
- Tabung SPT kemudian dibuka untuk diambil sampel yang masuk ke dalam tabung.
- Sampel kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label yang menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan sampel SPT yang dilakukan pada lubang bor “X” pada kedalaman tertentu. Misal “SPT BH 5 Ked. 0.50-0.95”
Pengeboran inti (coring) selanjutnya.
- Core barrel yang panjangnya 50 cm dirangkaikan lagi dengan stang bor yang masih terpasang di spindle pada mesin bor.
- Dilakukan pengeboran inti (coring) pada lubang bor dari kedalaman 0.50 m hingga 1.00 m. Pada saat ini sampel (core) yang didapat adalah sampel pada kedalaman yang sudah dilakukan uji SPT sehingga pada bagian tengah sampel akan berlubang.
- Setelah mencapai kedalaman 1.00 m rangkaian diangkat, kemudian core barrel dilepaskan dari stang bor. Selanjutnya sampel dikeluarkan dengan cara dipompa melalui water swivel yang dipasangkan pada head dari core barrel.
- Sampel pada kedalaman ini tidak dimasukkan ke dalam core box karena sudah terambil sampel dari SPT dan dilakukan hanya untuk menambah kedalaman lubang bor.
- Selanjutnya digunakan core barrel sepanjang 1.50 m. Core barrel ini dimasukkan ke dalam lubang bor kemudian dirangkaikan dengan stang bor yang masih terpasang pada spindle.
- Rangkaian kemudian diputar dengan mesin bor dan melakukan pemboran inti (core) hingga kedalaman 1.50 m.
- Kemudian rangkaian diangkat dengan bantuan spindle.
- Lepaskan core barrel dari stang bor dan biarkan stang bor tetap berada pada spindle.
- Sampel kemudian dikeluarkan dari core barrel dengan cara dipasangkan water swivel lalu dipompakan air.
- Sampel kemudian dimasukkan ke dalam plastik sampel lalu diletakkan dalam core box.
- Saat pemboran sudah mencapai kedalaman 1.50 m, dilakukan pemasangan casing pada lubang bor. Casing yang digunakan berukuran diameter 80 mm dan panjang 125 cm.
- Akibat ukuran casing yang lebih besar maka saat awal pemasangan casing digunakan casing yang bagian bawahnya memiliki mata bor agar bisa masuk ke dalam lubang bor.
- Untuk bisa masuk ke dalam lubang bor casing perlu diputar dengan mesin bor oleh karena itu pada bagian atas casing dipasangkan head casing agar bisa dirangkai dengan stang bor. (lalalala sampai pasang casing selesai pokoknya).
- Selanjutnya core barrel panjang 1.50 m dimasukkan ke dalam lubang bor dan dirangkaikan dengan stang bor. Kemudian dilakukan pemboran hingga kedalaman 2.00 m.
- Hasil sampel (core) yang diperoleh dari kedalaman ini kemudian disimpan secara khusus menggunakan tabung besi yang kemudian dibungkus dengan plastik sampel. Hal ini bertujuan agar sampel ini tidak banyak berubah dari kondisi awalnya. Sampel ini disebut dengan istilah “undisturbed sample” atau UDS. Pada sampel UDS juga dilakukan penulisan label yang menunjukkan sampel tersebut merupakan sampel UDS pada lubang bor “X” kedalaman tertentu, misalnya “UDS BH 1 ked 1.50 m - 2.00 m”.
- Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel sepanjang 0.50 m dan uji SPT secara bergantian pada tiap meter.
- Saat telah mencapai kedalaman 5.00 m, dilakukan uji permeabilitas dengan metode falling head Uji Permeabilitas Falling Head.
- Memasukkan air ke dalam lubang bor hingga penuh, kemudian hitung besarnya penurunan air selama 1 menit.
- Langkah ini dilakukan sebanyak 5 kali kemudian catat semua besarnya penurunan air pada lubang bor ke dalam buku.
0 comments: