Jumat, 18 Desember 2020

Bentangalam Akibat Tenaga Endogen

Pendahuluan

Bumi terbentuk miliaran tahun lalu, tetapi permukaan Bumi telah banyak mengalami proses perkembangan dan perubahan sepanjang masa. Perubahan tersebut bersifat cepat maupun lambat. Penyebab perubahan tersebut adalah gaya dari dalam bumi (gaya endogen) dan gaya dari luar Bumi (gaya eksogen). Proses proses geologi adalah semua aktivitas yang terjadi di bumi baik yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun yang berasal dari luar bumi (eksogen). Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi seperti orogenesa dan epirogenesa, magmatisme dan aktivitas volkanisme, sedangkan gaya eksogen adalah gaya yang bekerja di permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan mass-wasting serta sedimentasi. Gaya endogen maupun eksogen merupakan gaya-gaya yang memberi andil terhadap perubahan bentuk bentangalam (landscape) yang ada di permukaan bumi. Pada gambar 1 disajikan suatu bagan yang memperlihatkan proses-proses geologi (endogen & eksogen) sebagai agen dalam perubahan bentuk bentangalam.

Proses-proses geologi (proses endogenik dan proses eksogenik) dan perubahan bentangalam.

Gaya Endogen
Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi. Gaya yang berasal dari dalam bumi dapat berupa gempabumi, magmatisme, volkanisme, orogenesa dan epirogenesa. Aktivitas Tektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada pada kerak bumi (lithosphere). Hasil dari tumbukan antar lempeng dapat menghasilkan gempabumi, pembentukan pegunungan (orogenesa), dan aktivitas magmatis/aktivitas gunungapi (volcanism). Aktivitas magmatis adalah segala aktivitas magma yang berasal dari dalam bumi. Pada hakekatnya aktivitas magmatis dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti tumbukan lempeng baik secara convergent, divergent dan atau transform. Pembentukan material kulit bumi (batuan) yang terjadi di Pematang tengah samudra adalah salah satu contoh dari aktivitas magma, sedangkan pembentukan gunungapi di kepulauan Hawaii adalah contoh lain dari aktiitas magma yang terjadi di sepanjang batas lempeng (transforms). Produk dari aktivitas magma dapat menghasilkan batuan beku, baik batuan beku intrusive dan batuan beku ekstrusive.

Bentangalam Endogen
Pada dasarnya bentangalam merupakan produk dari waktu, struktur dan proses. Sebagai contoh bentangalam “Gunungapi Salak” sebagai bentangalam yang tergolong muda yaitu terbentuk pada zaman Kuarter. Adapun proses-proses yang dominan yang telah terjadi pada bentangalam ini berupa proses erosi yang telah merubah bentuk permukaannya. Namun demikian struktur dari bentangalam gunungapi ini masih menjadi faktor yang dominan sehingga bentuk bentangalamnya masih memperlihatkan bentuk gunungapi yang ideal, sedangkan produk dari proses erosi pada bentangalam ini berupa alur-alur lembah yang linear berpola radial dari puncak ke arah kaki gunungapi. Batuan yang menyusun bentangalam gunungapi ini masih menjadi pengontrol utama dari bentangalamnya. Bentangalam gunungapi gunung Salak ini merupakan salah satu contoh bentuk bentangalam yang dikontrol oleh litologi gunungapi. Bentangalam endogen adalah bentangalam yang proses pembentukannya/ genetikanya dikontrol oleh gaya-gaya endogen, seperti aktivitas gunungapi, aktivitas magma dan aktivitas tektonik (perlipatan dan patahan). Bentuk bentangalam endogen secara geomorfologi dikenal sebagai bentuk bentangalam konstruksional (constructional landforms). Adapun bentuk bentangalam yang dikendalikan oleh gaya gaya endogen antara lain adalah :

- Bentangalam Struktural
Bentangalam Struktural adalah bentangalam yang proses pembentukannya dikontrol oleh gaya tektonik seperti perlipatan dan atau patahan. Gambar 2 adalah blok diagram dari suatu patahan sesar mendatar yang menghasilkan bentuk bentuk bentangalam antara lain Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter Ridge, dan Offset River.

Blok diagram yang memperlihatkan bentuk-bentuk bentangalam yang terjadi di daerah patahan, khusunya di wilayah yang terkena sesar mendatar (strike slip fault), antara lain Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter Ridge, dan Offset River.

1. Morfologi “Escarpments” (Morfologi Gawir Sesar)
Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) adalah bentangalam yang berbentuk bukit dimana salah satu lerengnya merupakan bidang sesar. Morfologi gawir sesar biasanya dicirikan oleh bukit yang memanjang dengan perbedaan tinggi yang cukup ekstrim antara bagian yang datar dan bagian bukit. Pada umumnya bagian lereng yang merupakan bidang sesar diendapkan material hasil erosi (talus) membentuk morfologi kaki lereng dengan berelief landai. Pada sesar mendatar, pergeseran memungkinkan salah satu bagian bergerak kearah atas terhadap bagian lainnya yang kemudian membentuk gawir. Pada gambar 3 diperlihatkan salah satu bentuk gawir sesar yang ada di wilayah “Owen Valley” dan sesar ini terbentuk bersamaan dengan terjadinya gempabumi pada tahun 1872. Tampak pada gambar, bagian depan berupa dataran dan latar belakang berupa gawir dengan endapan talus yang diendapkan didepan bidang sesar.

Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) yang berupa bukit dengan lereng sebagai bidang sesar dan dicirikan oleh perbedaan relief yang cukup ektrim antara dataran dan perbukitan.

2. Morfologi “Pressure Ridge” (Morfologi Bukit Tertekan)
Morfologi “Pressure Ridge” (Bentangalam Bukit Tertekan) adalah bentangalam yang berbentuk bukit dan terjadi karena gaya yang bekerja pada suatu sesar mendatar dan akibat tekanan tersebut mengakibatkan batuan yang berada disepanjang patahan terpatahkan menjadi beberapa bagian yang kemudian menekan batuan tersebut ke arah atas.

 
Morfologi Presure Ridges (Bukit Tertekan) yang berupa bukit hasil dari pengangkatan yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja disepanjang patahan.

3. Morfologi “Sag Basin” (Morfologi Cekungan Kantong)
Bentangalam Sag Basin adalah bentangalam yang terbentuk dari hasil pergeseran sesar mendatar (strike slip fault), dengan bentuk relief yang lebih rendah dibandingkan dengan pasangannya. Morfologi “Sag Basin” merupakan pasangan dari morfologi “Pressure Ridge” dan morfologi ini hanya terbentuk pada sesar mendatar saja.

 
Morfologi “Sag Basin” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk cekungan dan merupakan bagian dari suatu pasangan sesar mendatar.

4. Morfologi “Shutter Ridge” (Morfologi Bukit Terpotong)
Bentangalam shutter ridge landforms (bukit terpotong) umumnya juga dijumpai pada sesar mendatar. Shutter ridges terjadi apabila salah satu sisi dari bidang sesar merupakan bagian permukaan tanah yang tinggi dan pada sisi lainnya merupakan bagian permukaan yang lebih rendah dan akibat adanya pergeseran ini dapat mengakibatkan tesrumbatnya aliran sungai.

 
Morfologi “Shutter Ridges” (Bukit Terpotong) yang memperlihatkan bagian batuan yang terangkat kearah atas membentuk morfologi bukit.

5. Morfologi Stream Offset (Morfologi Sungai Sigsag)
Morfologi Stream Offset adalah bentangalam sungai yang arah alirannya berbelok secara tiba-tiba mengikuti arah arah bidang patahan dan perubahan arah aliran ini disebabkan oleh pergeseran bukit disepanjang patahan mendatar. Bentuk sungai yang membelok secara sigsag terjadi karena adanya pergeseran bukit (shutter ridges) dari pergeseran lateral suatu sesar mendatar seperti sesar yang terdapat pada sesar San Andreas di Amerika Serikat.

Morfologi “Sungai Sigsag” ditandai oleh bentuk sungai yang arah alirannya berbelok secara tiba-tiba mengikuti arah patahan yang disebabkan adanya pergeseran bukit kearah yang berlawanan.

6. Morfologi “Folding Mountain” (Morfologi Berbukitan Lipatan)
Morfologi Perbukitan Lipatan adalah bentuk bentangalam yang tersusun oleh batuan sedimen yang terlipat membentuk struktur antiklin dan sinklin. Morfologi perbukitan lipatan dicirikan oleh susunan perbukitan dan lembah-lembah yang berpola sejajar. Genesa pembentukan morfologi perbukitan lipatan adalah gaya tektonik yang terjadi pada suatu cekungan sedimen.

Morfologi Berbukitan Lipatan (Folded Mountains) sebagai hasil dari proses orogenesa (tektonik).

7. Morfologi ”Anticlinal ridges” (Morfologi Bukit Antiklin)
Morfologi Bukit Antiklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit dimana litologi penyusunnya telah mengalami perlipatan membentuk struktur antiklin. Morfologi bukit antiklin umumnya dijumpai di daerah daerah cekungan sedimen yang telah mengalami pengangkatan dan perlipatan. Morfologi bukit antiklin merupakan bagian dari perbukitan lipatan yang bentuknya berupa bukit dengan struktur antiklin. Jentera geomorfik ”Bukit Antiklin” diklasifikasikan kedalam jentera geomorfik muda, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi/denudasi) yang terjadi pada satuan morfologi ini belum sampai merubah bentuk awalnya yang berupa bukit.

 
Morfologi Bukit Antiklin yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit yang tersusun oleh batuan sedimen berstruktur antiklin.

8. Morfologi ”Anticlinal valleys” (Morfologi Lembah Antiklin)
Bentangalam Lembah Antiklin adalah bentangalam yang berbentuk lembah yang diapit oleh sepasang bukit tersusun dari batuan sedimen yang berstruktur antiklin. Jentera geomorfik ”Lembah Antiklin” dapat diklasifikasikan kedalam jentera geomorfik dewasa, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) yang terjadi pada satuan ini telah merubah bentuk aslinya yang semula berbentuk ”bukit” berubah menjadi ”lembah”.

Morfologi “Lembah Antiklin” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk lembah yang diapit oleh dua lereng bukit yang arah kemiringan lapisannya berlawanan arah membentuk struktur antiklin.

9. Morfologi ”Synclinal ridges” (Morfologi Bukit Sinklin)
Morfologi Bukit Sinklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit, tersusun dari batuan sedimen yang membentuk struktur sinklin. Jentera geomorfik ”Bukit Sinklin” diklasifikasikan kedalam jentera geomorfik dewasa, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) yang terjadi pada satuan ini telah merubah bentuk aslinya yang semula berbentuk ”lembah” berubah menjadi ”bukit”. Morfologi Bukit Sinklin dalam geomorfologi dikenal sebagai ”reverse topographic” (topografi terbalik).

Morfologi Bukit Sinklin yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit yang tersusun oleh batuan sedimen berstruktur sinklin.

10. Morfologi ”Synclinal valleys” (Morfologi Lembah Sinklin)
Morfologi Lembah Sinklin adalah bentangalam yang berbentuk lembah yang tersusun dari batuan sedimen dengan struktur sinklin. Jentera geomorfik satuan geomorfologi Lembah Sinklin dapat digolongkan kedalam jentera geomorfik muda, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) belum sampai merubah bentuk aslinya yang berupa ”lembah” menjadi berbentuk ”bukit”.

Morfologi “Lembah Sinklin” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk lembah yang diapit oleh dua lereng bukit yang arah kemiringan lapisannya mengarah kearah sama membentuk struktur sinklin.

11. Morfologi Plateau
Morfologi Plateau adalah bentangalam yang berbentuk dataran dengan batuan penyusunnya relatif horisontal dan bentuknya menyerupai meja. Morfologi plateau umumnya dijumpai di daerah yang kondisi geologinya relatif stabil atau relatif kecil terhadap pengaruh tektonik, sehingga perlapisan batuannya relatif horisontal. Adanya proses pengangkatan dengan tidak mengakibatkan perlipatan batuan serta diikuti proses erosi / denudari yang intensif sehingga terbentuk suatu dataran yang tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya dengan susunan batuannya relatif horisonatal. Berdasarkan genetikanya, Plateau, Mesa dan Bute adalah bentuk bentangalam yang proses pembentukannya sama dan dibedakan berdasarkan ukurannya (dimensinya), dimana plateau berukuran luas, mesa dengan ukuran yang relatif lebih kecil sedangkan bute merupakan bagian yang terkecil dan dikenal juga sebagai sisa-sisa dari bentangalam mesa.

Morfologi “Plateau” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk seperti meja dengan bidang atasnya relative mendatar.

12. Morfologi Hogback (Morfologi Hogbag)
Morfologi Hogback adalah bentangalam yang berbentuk bukit yang memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan dan mempunyai kemiringan lapisan yang lebih besar 45°. Morfologi Hogbag terjadi kerena sesar/patahan yang memotong searah bidang perlapisan.

Morfologi “Hogbag” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit dengan kemiringan lapisan batuannya diatas 45°.

13. Morfologi Mesa
Morfologi Mesa adalah bentangalam yang berbentuk dataran dan proses kejadiannya dikontrol oleh struktur perlapisan mendatar dengan elevasi yang lebih tinggi dari sekitarnya. Morfologi mesa juga dijumpai di daerah yang kondisi geologinya relatif stabil atau pengaruh tektoniknya relatif kecil, sehingga pada saat terjadi pengangkatan perlapisan batuannya tetap horisontal. Bentuk bentangalamnya sama dengan bentangalam plateau dan dibedakan berdasarkan ukurannya yang relatif lebih kecil.

14. Morfologi ”Monoclinal ridges” (Morfologi Bukit Monoklin)
Morofologi Bukit Monoklin adalah bentangalam yang berbentuk bukit, tersusun dari batuan sedimen dengan arah kemiringan yang seragam. Morfologi bukit monoklin dapat berupa bagian sayap dari suatu lipatan antiklin atau sinklin.

Morfologi Mesa (kiri) dan morfologi “Monoclinal Ridges” (kanan).

15. Morfologi Block Faulting ridges (Morfologi Perbukitan Patahan)
Morfologi Bukit Patahan adalah bentuk bentangalam yang terdiri dari bukit-bukit yang dibatasi oleh bidang-bidang patahan (gawir sesar). Genesa pembentukan bukit patahan dikontrol oleh struktur patahan.

16. Morfologi Graben (Amblesan) dan Horst (Tonjolan)
Morfologi Graben (Amblesan) adalah bentangalam yang berbentuk depresi dipisahkan dengan morfologi lainnya oleh bidang patahan. Morfologi Hosrt (Tonjolan) adalah bentangalam yang berbentuk bukit, merupakan bagian yang menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dibatasi oleh bidang sesar.

Morfologi “Block Faulting” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit bukit yang dibatasi oleh bidang-bidang sesar (kiri) dan morfologi “Horst” dan “Graben” (kanan) dicirikan oleh bentangalam menonjol dan ambles, dibatasi oleh bidang patahan.

17. Morfologi Intrusi (Morfologi Intrusive)
Morfologi Intrusi (Intrusive landforms) adalah bentangalam berbentuk bukit terisolir yang tersusun oleh batuan beku dan genesanya dikontrol oleh aktivitas magma. Bukit intrusi pada awalnya dapat berada dibawah permukaan bumi, namun seiring dengan berjalannya waktu oleh proses endogenik (pelapukan dan erosi) maka bagian tanah yang menutupi tubuh batuan intrusi akan tererosi sedangkan tubuh batuan yang lebih resisten hanya mengalami erosi yang tidak signifikan. Proses endogeniknya pada akhirnya akan menyisakan tubuh batuan beku yang membentuk morfologi yang lebih menonjol dibandingkan dengan daerah sekitarnya.

Bentangalam / morfologi “Instrusive Landforms” yang dicirikan oleh bentangalam yang berbentuk bukit dengan material penyusunnya adalah batuan beku.

- Bentangalam Gunungapi
Bentangalami Gunungapi (Volcanic Landforms) adalah bentangalam yang merupakan produk dari aktivitas gunungapi. Bagian bagian dari morfologi gunungapi sebagai berikut :

1. Volcanic Landforms (Morfologi Gunungapi)
Morfologi Gunungapi adalah bentangalam gunungapi dimana proses pembentukannya dikontrol oleh aktivitas volkanisme. Adapan morfologi gunungapi diklasifikasikan berdasarkan pada tipe magma dan jenis material yang dikeluarkannya. Morfologi Gunungapi Strato adalah bentangalam gunungapi yang berbentuk kerucut dan disusun oleh perulangan meterial batuan antara lava dan piroklastik. Jenis magma yang membentuk gunungapi strato umumnya magma yang berkompisi intermedier. Morfologi Gunungapi Perisai adalah bentangalam gunungapi yang bentuknya menyerupai perisai dan biasanya disusun oleh lava yang berkomposisi basaltis. Karena sifat magmanya yang encer maka ketika magma keluar melalui pusat erupsinya akan tersebar kesegala arah membentuk bentuk menyerupai perisai.

Morfologi Gunungapi Strato / Strato Volcano (kiri) dan morfologi Gunungapi Perisai /Shield Volcano (kanan).

2. Volcanic Footslope Landforms (Morfologi Kaki Gunungapi)
Morfologi Kaki Gunungapi adalah bentangalam gunungapi yang merupakan bagian kaki dari suatu tubuh gunungapi. Pada umumnya suatu tubuh gunungapi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepundan gunungapi, badan/kerucut gunungapi, dan kaki gunungapi.

3. Crater Landforms (Kawah Gunungapi)
Morfologi Kawah adalah bentangalam gunungapi yang merupakan lubang tempat keluarnya material gunungapi ketika terjadi erupsi.

Morfologi Kaki Gunungapi (kiri) dan morfologi Kawah Gunungapi (kanan).

4. Caldera Landforms (Morfologi Kaldera Gunungapi)
Morfologi Kaldera adalah bentangalam yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunungapi tipe explosive yang mengakibatkan bagian kepundannya runtuh sehingga membentuk bentuk kawah yang sangat luas. Kadangkala bagian dalam kaldera terisi air membentuk danau. Contoh yang paling klasik dari kaldera di Indonesia adalah Danau Toba di Sumatra Utara.

5. Volcanic-neck Landforms (Morfologi Jenjang Gunungapi)
Morfologi Jenjang Gunungapi adalah bentangalam yang berbentuk seperti leher atau tiang merupakan sisa dari proses denudasi gunungapi.

6. Parasitic Cone Landforms (Morfologi Gunungapi Parasit)
Morfologi Gunungapi Parasit (Parasitic Cones) adalah bentangalam yang berbentuk kerucut yang keberadaannya menumpang pada badan dari induk gunungapi, sering juga disebut sebagai anak gunungapi.

7. Lava Plug Landforms (Morfologi Sumbat Lava)
Sumbat lava (lava plug) adalah bentangalam yang berbentuk pipa atau bantal berupa lava yang membeku pada lubang kepundan.

Morfologi Kaldera /Caldera Landforms (kiri) dan morfologi Jenjang Gunungapi /Volcanic Neck (kiri).

Morfologi Kerucut Gunungapi / Parasite Cone (kiri) dan morfologi Sumbat Lava / Lava Plug (kanan).

8. Morfologi Maar
Morfologi Maar adalah bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah gunungapi hasil erupsi preatomagmatik, letusannya disebabkan oleh air bawah tanah yang kontak dengan magma. Ciri dari morfologi Maar umumnya diisi oleh air membentuk suatu danau kawah yang dangkal.

9. Volcanic Remnant Landforms (Morfologi Sisa Gunungapi)
Sisa Gunungapi (volcanic remnant) adalah sisa-sisa dari suatu gunungapi yang telah mengalami proses denudasi.

Morfologi “Maar” (kiri) dan morfologi Sisa Gunungapi /Remnant Volcanic Landforms (kanan).

Referensi :
Noor, D. 2010. Geomorfologi. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Bogor.

Previous Post
Next Post

0 comments: