Kamis, 30 Juni 2022

Geologi Regional Lembar Kotamobagu, Sulawesi

 

STRATIGRAFI REGIONAL
Berikut pemerian Formasi peta geologi lembar Kotamobagu :

Qal ALUVIUM DAN ENDAPAN PANTAI terdiri atas pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal.

Qav BATUAN GUNUNG API AMBANG terdiri atas tufa, aglomerat, lava dan endapan belerang di dalam kawah. Tufa berwarna kelabu muda, lava pejal, bersusunan andesit hipersten – hornblende dan andesit hornblende. Gunung api Ambang masih aktif, berbentuk strato dengan lima lapangan fumarole.

Ql BATUGAMPING TERUMBU terdiri atas batugamping terumbu terangkat dan batugamping klastik dengan komponen utama koral, setempat berlapis, terutama dijumpai didaerah pantai selatan dan setempat di dekat Panong daerah pantai utara.

Qpl ENDAPAN DANAU penyusun utama satuan ini adalah batulempung kelabu, setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batupasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai di beberapa tempat. Satuan ini termampatkan lemah, tebalnya menurut data bor mencapai 94 meter (Trail, 1974).

TQpv BATUAN GUNUNG API PINOGU terdiri atas tufa, tufa lapilli, breksi dan lava. Breksi gunung api yang disusun oleh Andesit piroksin dan Dasit terdapat di Pegunungan Bone, Gunung Mongadalia dan daerah Pusian. Tufa yang tersingkap di Gunung Lemibut dan Gunung Lolombulan umumnya mengandung batuapung, berwarna kuning muda, berbutir sedang – kasar, diselingi oleh Lava. Tufa dan tufa lapilli di sekitar Sungai Bone bersusun dasitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin. Satuan ini secara umum termampatkan lemah – sedang, umurnya diduga Pliosen – Plistosen (John dan Bird, 1973).

QTs MOLASA CELEBES merupakan endapan pasca orogeny yang terbentuk di cekungan – cekungan kecil, terdiri atas konglomerat, breksi serta batupasir, umumnya termampatkan lemah. Konglomerat dan breksi tersusun oleh aneka komponen berupa andesit, basal, granit, granodiorite, batugamping, batupasir maupun kuarsa. Satuan ini menunjukkan kemiringan landau sampai sekitar 30o, tebalnya mencapai beberapa puluh meter, umurnya diduga Pliosen – Plistosen (Sarasin & Sarasin, 1901).

Tpwv BREKSI WOBUDU terdiri atas breksi gunung api, aglomerat, tufa, tufa lapilli dan lava. Breksi gunung api berwarna kelabu, tersusun oleh andesit dan basal berukuran kerikil sampai bongkah. Tufa dan tufa lapilli berwarna kuning kecoklatan, berbutir halus sampai kerikil, umumnya lunak dan berlapis. Lava berwarna kelabu, bersusunan andesit sampai basal. Satuan ini menindih tak selaras Formasi Dolokapa yang berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir di daerah Lembar Tilamuta (Bachri, drr, 1994) sehingga umurnya diduga Pliosen Awal. Tebal satuan ini sekitar 1000 – 1500 meter.

Tmb DIORIT BONE terdiri atas diorite kuarsa, diorite, granodiorite dan granit. Diorite kuarsa banyak dijumpai di daerah Sungai Taludaa dengan keragaman diorite, granodiorite dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai di daerah Sungai Bone. Satuan ini menerobos batuan gunung api Bilungala maupun formasi Tinombo. Umur satuan ini sekitar Miosen Akhir.

Tmts FORMASI TAPADAKA terdiri atas batupasir, greywacke, batupasir terkersikkan dan serpih. Batupasir berwarna kelabu muda hingga tua dan hijau, berbutir halus – kasar, mengandung batuan gunung api hijau dan serpih merah, setempat – setempat gampingan. Batupasir yang tersingkap di Sungai Tapadaka mengandung urat kalsit 0,5 – 1 cm. Greywacke berbutir halus – kasar, bersudut sampai membulat tanggung, pejal, tersusun oleh plagioklas, augit, kuarsa dan sedikit hematit dan magnetit. Batupasir yang tersingkap di sebelah selatan Maela terkersikkan, hijau, kompak, mengandung feldspar serta sedikit pirit dan kalkopirit. Di daerah sebelah selatan Dumisili ditemukan batupasir yang kearah samping berganti menjadi batugamping (Tmtsl). Serpih berwarna kelabu – hitam, mengandung fosil Spaerodinella subdehiscensSpaerodinella seminulina dan Globorotalia acostensis sehingga umurnya adalah Miosen Awal – Miosen Akhir (Kadar, 1979).

Tmtl ANGGOTA BATUGAMPING FORMASI TAPADAKA merupakan batugamping kelabu terang, pejal, mengandung pecahan batuan gunung api hijau. Batugamping ini sebagian membentuk lensa – lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian berganti fasies ke arah samping menjadi batupasir. Fosil – fosil yang dikandungnya adalah Lepidocyclina (Eulepidina) sp., Lepidocyclina parva (OPPENOORTH), Lepidocyclina sumatrensis (BRADY), Lepidocyclina eppioides (JONES & CHAPMAN), Myogypsinoides sp., Spiroclypeus sp., Operculina sp., dan ganggang gampingan. Umur satuan ini adalah Miosen Awal – Miosen Akhir.

Tmbv BATUAN GUNUNG API BILUNGALA terdiri atas breksi tufa dan lava bersusunan andesit, dasit dan riolit. Zeolite dan kalsit sering dijumpai pada penyusun breksi. Tufa umunya bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis buruk di beberapa tempat. Di daerah pantai selatan dekat Bilungala satuan ini dikuasai oleh lava dan breksi yang umumnya bersusunan dasit dan dicirikan oleh warna alterasi kuning sampai cokelat, mineralisasi pirit, perekahan yang intensif serta banyak dijumpai batuan terobosan diorite. Propilitisasi, kloritisasi dan epidotisasi banyak dijumpai pada lava. Tebal satuan diperkirakan lebih dari 1000 meter, sedang umurnya berdasarkan kandungan fosil dalam sisipan batugamping adalah Miosen Bawah – Miosen Akhir.

Tmbl ANGGOTA BATUGAMPING BATUAN GUNUNG API BILUNGALA merupakan batugamping kelabu mengandung fosil Lepidocyclina sumatrensis (BRADY), Lepidocyclina ef. verbeeki (NEWTON & HOLLAND), Lepidocyclina parva (OPPENOORTH), Myogipsina thecidaeformis (RUTTEN) dan Austrotrillina howchini (SCHLUMBERGER). Kumpulan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Awal – Miosen Akhir (Kadar, 1972).

Tets FORMASI TINOMBO FASIES SEDIMEN tersusun atas serpih dan batupasir dengan sisipan batugamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah, sebagian gampingan. Rijang mengandung radiolarian. Batupasir berupa Greywacke dan Batupasir kuarsa berwarna kelabu – hijau, pejal, berbutir halus – sedang, sebagian mengandung pirit. Sisipan batugamping di sungai Mayambak berwarna merah, pejal, dan berlapis baik. Satuan ini diterobos oleh granit, diorite dan trakit seperti yang terlihat di sungai Bayau. Satuan ini mempunyai hubungan menjemari dengan formasi Tinombo fasies gunung api (Ahlburg, 1913). Umur formasi ini menurut Ratman (1976) adalah Eosen – Oligosen Awal, sedangkan menurut Sukamto (1973) dan Brower (1934) adalah Kapur Akhir – Eosen Awal. Tebal formasi ini diduga lebih dari 1000 meter, sedang lingkungan pengendapannya adalah laut dalam.

Tetv FORMASI TINOMBO FASIES GUNUNG API tersusun atas lava basal, lava andesit, selingan batupasir hijau, sedikit konglomerat dan batugamping merah – kelabu. Lava basal umumnya berstruktur bantal, mengandung zeolite, barik – barik silica serta batulumpur merah gampingan yang mengisi antara struktur bantal. Lava bantal tersingkap dengan baik di Sungai Sogitia Kiki, di daerah dekat pantai utara dan banyak tersingkap di daerah Tilamuta. Struktur sedimen yang dijumpai pada batupasir dan batulanau antara lain berlapis sejajar, laminasi konvulut, laminasi sejajar dan laminasi silang silur. Batugamping merah banyak mengandung fosil radiolarian. Berdasarkan asosiasi litologi dan struktur sedimennya maka satuan ini diduga terendapkan pada lingkungan laut dalam. Selingan batuan seidmennya diduga merupakan fasies turbidit. Umur satuan ini berdasarkan penarikan radiometri lava basal di beberapa tempat di lembar Kotamobagu oleh Villeneuve, drr. (1990) adalah sekitar 50 juta tahun atau Eosen. Satuan ini diterobos oleh retas – retas kecil batuan andesitan – basalan.

STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
Struktur geologi yang dapat diamati antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya kurang beraturan, namun di bagian barat lembar cenderung berarah timur – barat. Sesar mendatar berpasangan dengan arah UUB – SST (sesar menganan) dan UUT – SSB (sesar mengiri). Sesar mendatar terbesar adalah sesar Gorontalo yang berdasarkan analisa kekar penyertanya menunjukkan arah pergeseran menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30o dapat diamati di beberapa tempat khususnya pada batuan gunung api Bilungala. Daerah pemetaan telah mengalami lebih dari satu kali periode tektonik kompresi yang menghasilkan lipatan. Bongkahan batuan terkersikkan berukuran sampai 5 meter yang dijumpai di beberapa tempat di hulu Dutuna Iya dan diperkirakan berasal dari formasi Tinombo menunjukkan paling sedikit dua kali perlipatan. Perlipatan tua menghasilkan lipatan isoclinal yang kemudian mengalami pelipatan ketat – terbuka oleh perlipatan yang lebih muda. Berdasarkan pengukuran jurus dan kemiringan pada perselingan batuan gunung api dan sedimen di daerah Sungai Sogitia Kiki, Sungai Tombuililato maupun Sungai Bilungala didapatkan perlipatan terbuka dengan kemiringan sayap sekitar 30o dan sumbu berarah hamper timur – barat. Lava bantal yang dijumpai di Sungai Sogitia Kiki juga menunjukkan perlipatan terbuka.

SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Beberapa peneliti terdahulu, misalnya oleh PT. Tropic Endeavour (1971 – 1973) yang kemudian juga dilanjutkan oleh BHP Utah Pacific dan para peneliti lainnya (misal Lowder & Dow, 1978; Kavaliers, drr, 1992; Pereilo, 1993; dll) pada tahun – tahun berikutnya telah melokalisir beberapa daerah prospek endapan tembaga porfiri dan emas, misalnya di daerah Tapadaa, daerah Tombililato – Motomboto, daerah Atingola dan beberapa tempat lainnya terutama pada batuan gunung api tersier. Pada saat ini banyak penduduk local yang menambang emas primer pada Formasi Bilungala di daerah Suwawa dan di sebelah barat Bilungala. Mineralisasi pada batuan dasitan juga banyak dijumpai di sepanjang Sungai Bilungala sebagaimana ditunjukkan adanya pirit yang melimpah. Endapan belerang ditemukan di kawah Gunung Ambang dengan cadangan sekitar 121456 metrik ton (Hadian, drr, 1974). Untuk pembahasan sumberdaya mineral selanjutnya dapat dilihat pada mineralisasi lengan utara sulawesi.
Adanya potansi tenaga panas bumi di daerah ini ditunjukkan oleh banyaknya mata air panas yang kemunculannya dikontrol oleh system sesar yang ada. Beberapa mata air panas yang telah diukur suhunya menunjukkan kisaran suhu dari 40oC sampai 80oC, misalnya mata air panas di Lombongo (50oC) di Binggele (81oC), di Hunggayono (40oC) dan Tulabado (80oC). Mata air panas dijumpai tersebar pada daerah seluas sekitar 1 ha, merupakan lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lapangan panas bumi.

Lihat dan Download Peta Geologi Lembar Kotamobagu : klik di sini!!!

Previous Post
Next Post

0 comments: