Rabu, 29 Juni 2022

Geologi Regional Lembar Mamuju, Sulawesi



GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Daerah penelitian berada pada Lembar Mamuju. Adapun kondisi geologi yang terdapat pada daerah penelitian terbagi atas tiga bagian, yaitu Geomorfologi, Stratigrafi, dan Struktur Regional daerah penelitian.

Geomorfologi Regional
Lembar Mamuju sebagian besar berupa pegunungan, hanya sebagian kecil berupa perbukitan bergelombang dan dataran rendah. Topografi Karst terdapat sempit disekitar Rantepao, dibagian tenggara lembar. Daerah pegunungan morfologi ini menempati hampir dua pertiga luas daerah yang dipetakan yaitu dibagian tengah, utara, timur laut dan selatan. Daerah ini umumnya berlereng terjal dan curam, puncak bukitnya berkisar dari 800 sampai 3.000 m. Puncak tertinggi adalah Bulu Ganda Dewata (kurang lebih 3.074 m) dan Bulu Potali (kurang lebih 3.008 m). Hal lain tertentu tidak terdapat pada sebaran gunung tersebut, akibatnya pola aliran berkembang tidak mengikuti aliran tertentu, melainkan menyesuaikan dengan keadaan tanah dibawahnya. Dibanyak tempat terdapat air terjun, yang menunjukkan ciri kemudaan daerah. Ciri lain berupa lembah yang sempit dan curam. Disekitar Barupu dan Panggala, terdapat suatu morfologi yang berpola aliran memancar. Lereng bukit umumnya terjal dan membentuk ngarai, dindingnya digali untuk pemakaman. Di daerah pegunungan terdapat sedikit topografi karst dan dataran alluvium sempit, yaitu disekitar Rantepao. Gua alamiah pada batugamping didaerah ini digunakan penduduk setempat sebagai lokasi pemakaman.
Daerah perbukitan bergelombang
Morfologi ini terdapat dibagian barat daya lembar Mamuju, yaitu daerah antara Teluk Lebani dan Teluk Mamuju. Tinggi perbukitan berkisar dari 500 sampai 600 mdpl. Derah ini berpola aliran meranting.
Daerah dataran rendah
Dataran rendah menempati bagian barat Lembar Mamuju, yaitu sepanjang pantai mulai dari Kaluku sampai Babana (daerah S. Budong-budong). Umumnya berpola aliran meranting (denritik) dan beberapa sungai bermeander.

Stratigrafi Regional Daerah Penelitian
Daerah Lembar Mamuju terbentuk oleh beraneka macam batuan seperti batuan sedimen, malihan, gunungapi dan terobosan. Umurnya berkisar dari Mesozoikum sampai Kuarter. Satuan tertua di Lembar ini adalah batuan malihan (TR w) yang terdiri dari sekis, genes, filit dan batusabak. Satuan ini mungkin dapat disamakan dengan Kompleks Wana di Lembar Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua dari Kapur dan tertindih takselaras oleh Formasi Latimojong (Kls). Formasi tersusun oleh filit, kuarsit, batulempung malih dan pualam, berumur Kapur.
Satuan berikutnya adalah Formasi Toraja (Tet) terdiri dari batupasir kuarsa, konglomerat kuarsa, kuarsit, serpih dan batulempung yang umumnya berwarna merah atau ungu. Formasi ini mempunyai anggota Rantepao (Tetr) yang terdiri dari batugamping numulit berumur Eosen Tengah Eosen Akhir. Formasi Toraja menindih takselaras Formasi Latimojong, dan tertindih takselaras oleh batuan gunungapi Lamasi (Toml) yang terdiri dari batuan gunungapi, sedimen gunungapi dan batugamping yang berumur Oligo-Miosen atau Oligosen Akhir – Miosen Awal. Batuan gunungapi ini mempunyai Anggota batugamping (Tomc), tertindih selaras oleh Formasi Riu (Tmr) yang terdiri dari batugamping dan napal. Formasi Riu berumur Miosen awal – Miosen Tengah, tertindih takselaras oleh Formasi Sekala (Tmps) dan batuan Gunungapi Talaya (Tmtv). Formasi Sekala terdiri dari grewake, batupasir hijau, napal, dan batugamping bersisipan tuf dan lava bersusunan andesit-basal, berumur Miosen Tengah – Pliosen, berhubungan menjemari dengan batuan gunungapi Talaya. Batuan gunungapi Talaya terdiri dari breksi, lava dan tuf yang bersusunan andesit-basal dan mempunyai Anggota Tuf Beropa (Tmb). Batuan gunungapi Talaya menjemari dengan batuan gunungapi Adang (Tma) yang terutama bersusunan leusit basal.
Batuan gunungapi Adang berhubungan menjemari dengan Formasi Mamuju (Tmm) yang berumur Miosen Akhir. Formasi Mamuju terdiri atas napal, batupasir gampingan, napal tufaan dan batugamping pasiran bersisipan tuf. Formasi ini mempunyai Anggota Tapalang (Tmmt) yang terdiri dari batugamping koral, batugamping bioklastika dan napal yang banyak mengandung moluska. Formasi Lariang terdiri dari batupasir gampingan dan mikaan, batulempung bersisipan kalkarenit, konglomerat dan tuf umunya Miosen Akhir – Pliosen Awal.
Dibagian tenggara lembar, tersingkap Tuf Barupu (Qbt) yang terdiri dari tuf, tuf lapilli dan lava yang umumnya bersusunan dasit dan diduga berumur Plistosen, sedangkan dibagian barat laut tersingkap Formasi Budong-budong (Qb) yang terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan batugamping koral (Ql). Endapan termuda di Lembar Mamuju adalah endapan kipas alluvium (Qt) dan alluvium (Qa) yang terdiri dari endapan-endapan sungai, pantai dan antar gunung.

Pemarian satuan peta
Endapan Permukaan
Qf Endapan Kipas Aluvium ; Breksi, Batupasir sedang-kasar, lempung dan pasir.
Satuan ini umumnya terdapat pada lereng bukit yang berbatuan gunungapi dan batuan beku (andesit, basal dan granit). Singkapannya terdapat di bagian tenggara Lembar di daerah Tandung dan Litke. Komponen batuan umumnya berbentuk menyudut tanggung-menyudut, berukuran pasir-bongkah, terpilah buruk. Breksi dan batupasirnya berlapis buruk, dengan massa dasar pasir lempungan kurang mampat sampai lepas. Satuan ini diduga berumur Plistosen sampai Holosen.
Qa Aluvium ; Bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur setempat mengandung sisa-sisa tumbuhan.
Satuan ini terhampar luas didaerah muara sungai besar, yaitu S. Budong-budong, S. Lumu, S. Karama dan S. Kaluku serta terdapat disepanjang pantai. Tebalnya berkisar antara 1-5 meter. Satuan ini menindih takselaras satuan yang ada di bawahnya. Umurnya adalah Holosen setempat berupa endapan antar gunung yang terdiri dari breks, konglomerat batupasir, batulempung yang belum padat, dan sisa tumbuhan.

Batuan Sedimen
Kls Formasi Latimojong ; batusabak, kuarsit, batupasir mali, batulanau malih, dan pualam, setempat batulempung gampingan.
Batusabak berwarna kelabu kehitaman sampai hitam, berlapis baik dengan tebal 2 cm sampai 10 cm, mampat, setempat mengandung urat kuarsa, kuarsit, berwarna putih kehijauan, berlapis baik dengan tebal 1 sampai 3 cm, mampat. Filit, berwarna merah kecoklatan perdaunan searah dengan bidang perlapisan. Batupasir kuarsa malih dan batulempung malih, umumnya berwarna putih kelabu sampai kecoklatan, berlapis baik dengan tebal dan beberapa cm sampai 25 cm terutama tersusun dari kuarsa dan lempung perdaunan searah dengan perlapisan. Pualam, berwarna putih kelabu, berbutir halus dan mampat. Batuan ini hanya tersingkap di daerah hulu S. Mariri sebelah timur Galumpang.
Batulempung gampingan, berwarna kelabu muda, cukup keras, berlapis dengan tebal dan beberapa cm sampai 20 cm. Batuan ini mengandung fosil Globotruncana formicata formicata PLUMMER, Globotruncana stuartiformis DOLBIER, Globotruncana sp. Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Kapur Akhir dengan lingkungan pengendapan laut dalam (Purmaningsih, hubungan tertulis, 1985). Satuan ini diterobos oleh granit Mamasa dan granit Kambuno, tertindih takselaras oleh Formasi Toraja dan batuan yang lebih muda lainnya.
Sebarannya terdapat dibagian tengah, selatan dan timur laut lembar, serta sedikit di bagian timur. Di bagian timur laut, menerus ke lembar Pasangkayu di Utara dan ke lembar Malili di Timur. Tebalnya lebih dari 1.000 m. Singkapan batusabak di S. Karataun daerah Galumpang banyak mengandung urat kuarsa yang disertai cetakan bijih sulfida tembaga, besi, seng dan sedikit emas. Tebal unit kuaras beraneka dari bebrapa cm sampai 50 cm. Nama Formasi Laatimojong pertama kali digunakan oleh Brouwer (1934) dengan lokasi tipenya di Pegunungan Lembar Majene. (Djuri dan Sudjatmiko, 1979).
Tet Formasi Toraja ; Perselingan batupasir kuarsa, serpih dan batulanau, bersisipan konglomerat kuarsa, batulempung karbonat, batugamping napal, batupasir hijau, batupasir gampingan dan batubara setempat dengan lapisan tipis resin dalam batulempung. Umumnya berlapis baik dengan tebal lapisan berkisar dan beberapa cm sampai lebih dari 1 m. Setempat berstruktur perarian sejajar, lapisan bersusun dan silang siur.
Satuan ini umumnya terlipat, setempat mempunyai kemiringan hampir tegak. Secara keseluruhan, satuan ini mempunyai warna yang khas yaitu merah kecoklatan sampai ungu, dan beberapa berwarna kelabu kehitaman. Batupasir kuarsa, berwarna putih-kelabu muda, cokelat kemerahan sampai ungu, berukuran sedang sampai kasar, terpilah baik, butiran membundar tanggung sampai membundar benar, terdiri dari 90-95% kuarsa dan sisanya adalah kepingan mineral rutil dan zircon, tersemenkan kuarsa halus.
Konglomerat kuarsa berwarna putih kelabu, sangat pejal, ukuran butir dari 5 cm sampai 3 cm membundar tanggung sampai membundar baik, terpilah baik. Bebrapa lapisan membentuk lapisan bersusun dengan tebal berkisar dari 2 cm sampai 15 cm. Komponen utamanya terdiri dari kuarsa dan sedikit batuan malih dengan perekat atau massa dasar pasir kuarsa.
Serpih, berwarna kelabu kecoklatan, pasiran, mudah hancur, berlapis baik dengan tebal dari 2 cm sampai 1 m, setempat bersisipan batugamping kelabu yang keras setebal 1 sampai 5 cm dan tak berfosil.
Batubara, umumnya terdapat sebagai sisipan dalam batupasir kuarsa, tebalnya 40-75 cm, tersingkap di utara Tamalea dan sebelah Barat Galumpang. Batulanau, berwarna kelabu muda sampai kelabu tua, muda hancur, agak gampingan berlapis baik dengan tebal dari 2 cm sampai 15 cm yang lapuk berwarna merah kecoklatan. Batuan ini disisipi oleh lapisan tipis napal, berwarna putih cukup keras tak berfosil. Umumnya terdapat pada bagian bawah formasi. Batulempung karbonatan, berwarna tua sampai cokelat kemerahan, agak lunak dan mengandung sedikit kerikil batuan sedimen malih yang membundar tanggung. Batuan ini setempat disisipi lapisan tipis  (2 cm) resin. Di daerah sentuhan dengan tubuh granit, batuan ini menjadi sangat keras. Batugamping bioklastika, berwarna putih kehijauan sampai kelabu, pejal, berlapis baik dengan tebal 2 sampai 10 cm, terdapat sebagai sisipan lapukannya berwarna merah.Fosil yang ditemukan dalam batugamping bioklastika adalah Pelatispiraorbitoides PROVALE, Amphistegina sp , Fabiania sp, Discocylina sp, Asterocyclina sp, Nummulites sp, Globorotaliagulbrooki BOLLIdan Operculina sp. Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Eosen Tengah-Eosen Akhir (Sudiyono, hubungan tertulis, 1985).
Lingkungan pengendapannya laut dangkal sampai darat. Formasi ini tersebar di sudut tenggara Lembar, yaitu didaerah Rantepao dan di bagian tengah lembar, yaitu di daerah S. Hau dan S. Karatun. Tebalnya diperkirakan lebih dari 1.000 m. Formasi ini mempunyai anggota Rantepao yang berhubungan menjemari. Formasi Toraja diduga menindih takselaras Formasi Latimojong dan tertindih takselaras oleh Satuan batuan gunungapi Oligosen-Miosen.
Satuan ini pertama kali dikenal sebagai Formasi Serpih Tembaga (de Koning Knif, 1914). Nama Formasi Toraja dimunculkan oleh Djuri dan Sudjatmiko (1974) yang dibagi atas dua bagian yaitu batuan sedimen (serpih, batugamping, batupasir kuarsa dan konglomerat kuarsa) dan batugamping. Dalam laporan ini batugampingnya disebut Anggota Rantepao. Nama Formasi ini berasal dari daerah Toraja yang merupakan lokasi tipenya.
Tetr Anggota Rantepao, Formasi Toraja ; batugamping numulit dan batugamping terhablur ulang, sebagian tergerus.
Batugamping numulit, berwarna putih sampai cokelat muda berlapis baik, setempat tergeruskan sehingga fosil numulit tampak mengkilat dan menjadi terpipihkan searah bidang lapisan. Batugamping terhablur ulang, berwarna putih kelabu sampai cokelat terang, sebagian berlapis, setempat berkeping.
Selain Nummulit sp, batuan ini mengandung pula fosil Discocyclina sp, Pelatispira sp, Ascocyclina sp, Quinqueloculina sp, Asterocyclina sp, ekinoid, koral dan ganggang yang menunjukkan umur Eosen dengan lingkungan pengendapannya laut dangkal (Purnamaningsih, hubungan tertulis, 1985).
Batugamping Numulit ini sebagian berupa lensa di dalam Formasi Toraja. Anggota Rantepao dan Formasi Toraja tertindih takselaras Latimojong. Satuan ini tersingkap dibagian Tenggara lembar, yaitu didaerah Rantepao, dan sedikit dibagian Tengah lembar, yaitu dekat Galumpang. Tebalnya kurang lebih 500 m. Satuan ini pertama kali dikenal sebagai satuan Batugamping Formasi Toraja (Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Nama Anggota Rantepao adalah nama baru yang diusulkan, lokasi tipenya terdapat disekitar Rantepao.
Tomc Anggota batugamping, Batuan Gunungapi Lamasi ; batugamping dan napal.
Batugamping, berwarna putih, pejal, terhablurkan ulang miskin fosil, sebagian besar terumbu.
Napal, berwarna kelabu kecoklatan, berlapis baik dengan tebal dari beberapa cm sampai 25 cm. satuan ini dibanyak tempat merupakan lensa di dalam batuan gunungapi Lamasi (Toml). Napal ini mengandung fosil Globigerina angulisuturalis BOLLI, Catapsydrax dissimilis CUSHMAN dan BERMUDEZ, Globorotalia cf G. Seakensis LEROY, GLoborotaloides suteri BOLLI dan Globigerina cf, G, Selli BORzETU. Kumpulan fosil ini menunjukkan umur oligosen Akhir-Miosen Awal (P-2 1) atau bagian bawah N4, diendapkan dalam lingkungan litoral sampai neritik (Purnamaningsih, hubungan tertulis, 1985). Satuan ini tersingkap baik, terutama didaerah aliran S. Lamasi sebelah utara Rantepao, berhubungan menjemari dengan seri batuan gunungapi Oligosen Miosen (Tomc). Tebalnya diduga 100 m.
Tmr Formasi Riu ; napal, batugamping, serpih, batupasir gampingan bersisipan batulempung dan tuf.
Napal berwarna putih sampai cokelat muda dan kelabu, tebal dan beberapa cm sampai 1 m, berlapis baik dengan lapisan hampir mendatar agak keras dan banyak mengandung fosil.
Batugamping pasiran, berwarna putih sampai cokelat muda, sebagian berlapis, setempat terhablurkan, beberapa berupa terumbu, serpih, berwarna kelabu, tebal lapisan mencapai 1 m lebih, bersisipan batugamping pasiran setebal 5 cm sampai 20 cm.
Batupasir gampingan, berwarna kelabu kecokelatan agak keras sampai lunak berlapis baik dengan tebal dari beberapa cm sampai 15 cm, biasanya berselingan dengan batulempung, bersisipan batugamping pasiran dan tuf.
Batulempung dan tuf, berwarna putih cokelat agak lunak, umunya merupakan sisipan tipis di dalam batugamping pasiran dan sedikit dalam serpih. Formasi ini mengandung fosil, diantaranya adalah : Lepidocyclina martini SCHULMBERGER, Lepidocyclina omphalus TAN SIN HOK, Mioqypsina sp, dan Heterostegina sp, yang menunjukkan umur Miosen Awal-Miosen Tengah dan belingkungan pengendapan laut dangkal (Purnamaningsih, hubungan tertulis, 1985). Sebarannya terutama di sekitar Rantepao dan menerus ke Lembar Majene dan Palopo dibagian selatan dan timur.
Formasi ini tertindih takselaras oleh Formasi Sekala, satuan ini diduga menindih selaras batuan gunungapi Lamasi dan menindih takselars Formasi Toraja. Tebalnya diperkirakan 500-700 m. Nama Formasi ini adalah nama baru yang diusulkan dan singkapan terbaik terdapat di S. Riu. Satuan ini di Lembar Majene dan Bagian Barat Palopo disebut satuan napal (Djuri dan Sudjatmiko, 1974).
Tmps Formasi Sekala ; batupasir hijau, grewake, napal, batulempung, batupasir mikaan, tuf, serpih dan batupasir gampingan , dengan sisipan breksi, lava dan konglomerat.
Umumnya berlapis baik, setempat berstuktur perlapisan bersusun,. Batupasir hijau, tufaan, keras, berlapis dengan tebal dari 10 cm sampai 1m, berselingan batulempung, berwarna cokelat kehitaman, keras dan tuf berwarna cokelat muda.
Grewake, berwarna kelabu kehijauan berlapis baik dengan tebal dari 25 cm sampai lebih dari 1m, berbutir sedang sampai kasar, setempat konglomeratan dan memebentuk perlapisan bersusun dan ‘slump’. Komponennya terdiri dari mika, feldspar, hornblende, dan sedikit kuarsa.
Batulempung, berwarna cokelat merah, keras, tufaan, berlapis baik dengan tebal dari beberapa cm sampai 20 cm. Batuan ini berelang-seling dengan grewake berbutir halus sampai sedang. Batulempung lunak dan serpih.
Batupasir mikaan, berwana kelabu, keras, tufaan, berlapis dengan tebal 10 cm-15 cm.
Napal, berwarna putih, agak keras, berlapis, dengan tebal mencapai 25 cm. Batuan ini setempat berselingan dengan tuf halus dan lunak. Serpihnya, berwarna hitam sampai ungu dan agak lunak.
Batupasir gampingan, berwarna kelabu, mengandung fosil foraminifera, berstruktur perarian sejajar, berlapisan tuf, breksi gunungapi, tuf pasiran dan konglomerat. Didalam konglomerat terdapat komponen batugamping foram yang berumur Eosen.
Breksi gunungapi, berkomponen andesit-basal, berstuktur bantal, berongga (amigdoloid) dan terisi kalsit, beberapa termineralkan dengan pirit, Lava dan breksi tersebut berupa trakit-andesit, porfirit, hypokristalin, tersusun oleh plagioklas, piroksin, feldspar, gelas dan bijih.  Beberapa berupa trakit-basal, bertekstur pofirit, trakit, kristalnya berbentuk euhedral-anhedral, berukuran sedang sampai halus, tersusun oleh plagioklas, klinopiroksin, biotit, feldspar dan gelas. Feldspar piroksin sebagian besar terubah menjadi serisit dan klorit.
Napal dan batugamping pasirannya mengandung fosil Orbulina universa D’ORBIGNY, Globigerina venezuelana HEDBERG, Globigerinoides immaturus LEROY, Globoguadrina altispira CUSHMAN & JARVIS, Globorotalia menardii D’ORBIGNY, Globigerinoides trilobus REUSS, Sphaeroidinellopsis subdehiscens BLOW, Globoquadrina sp, Bulimina sp, dan Nodosaria sp. Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Miosen Tengah-Pliosen dan berlingkungan pengendapan inner-outer sublitoral (Purnamaningsih, hubungan tertulis, 1985). Dengan adanya struktur perlapisan bersusun dan slump mungkin sebagian dari Formasi ini diendapkan dalam keadaan arus pekat (turbidit).
Formasi ini tersebar di bagian tenggara Lembar, yaitu disebelah barat Rantepao dan dibagian tengah Lembar. Menindih tak selaras Formasi Riu, berhubungan menjemari dengan Batuan gunungapi Talaya. Tebal satuan diperkirakan 1.000 m. Nama Formasi ini adalah nama baru yang diusulkan, diambil dari nama S. Sekala yang merupakan tempat singkapan terbaik. Kearah timur lembar Malili. Formasi ini disebut Tuf Rampi (Simandjuntak drr, 1991).
Tmm Formasi Mamuju ; napal, kalkarenit dan batugamping koral bersisipan tuf dan batupasir, setempat dijumpai konglomerat di bagian bawah.
Napal, berwarna putih sampai kelabu, berlapis baik dengan tebal dan beberapa cm sampai 20 cm, agak keras setempat tufaan banyak mengandung globigerina dan sedikit cangkang moluska.
Kalkarenit, berwarna putih sampai kelabu, berlapis baik dengan tebal 10 cm sampai 50 cm, agak keras, banyak mengandung globigerina. Batugamaping koral, tak berlapis, berongga, biasanya membentuk bukit keci-kecil yang menonjol dan lebih terjal dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Tuf berwarna putih kecoklatan lunak, berlapis tipis (1 – 5 cm), merupakan sisipan didalam kalkarenit dan napal, setempat berselang-seling. Batupasir halus dan batulempung, mikaan, tufaan, agak keras sampai lunak, umumnya terdapat ssebagai sisipan didalam kalkarenit, sedikit dalam napal.
Konglomerat, lapuk, berwarna hitam, komponen berukuran kerikil sampai kerakal dengan bentuk membundar tanggung sampai membundar baik. Batuan ini hanya tersingkap di satu tempat, yaitu ditepi jalan mamuju – Tapalang dan terletak dibawah kalkarenit, diperkirakan menjemari dengan tuf leusit (Tms).
Fosil yang dapat dikenali, baik dari napal maupun batugamping pasirannya adalah Orbulina universa D’ORBIGNY, Globorotalia menardii D’ORBIGNY, Globigerinoides immaturus LEROY, Globigerinoides lobulus REUSS, Globigerina venezuelana HEDBERG, Globigerinoides
sicanus DE STEPHANI, Orbulina suturalis BRONIMAN, Sphaerodinellopsis seminula SCHWARNER dan fosil bentosnya adalah Dentalina sp, dan Planulina sp. Kumpulan fosil plangton tersebut menunjukkan umur Miosen Akhir dan diendapkan dilingkungan inner-outer sublitoral (Sudiyono, hubungan tertulis, 1985).
Formasi ini tersebar di sekitar Mamuju dan Tapalang di bagian barat daya Lembar, berhubungan menjemari dengan batuan gunungapi Adang Tebalnya kurang lebih 500 m. Formasi ini mempunyai Anggota Tapalang (Tmmt). Nama formasi ini adalah nama baru yang diusulkan, singkapan terbaiknya terletak di sebelah barat daya Mamuju.
Tmmt Anggota Tapalang, Formasi mamuju ;  batugamping terumbu mengandung moluska melimpah, batugamping kepingan dan napal, sebagian berlapis.
Batugamaping terumbu, berwarna kelabu sampai cokelat, mengandung moluska dank oral, Batugamping kepingan berwarna kelabu kecoklatan, berlapis baik dengan tebal 30-100 cm, terdiri dari koral dan cangkang moluska. Sedangkan napal, berwarna cokelat, berlapis baik, mengandung foraminifera kecol dan cangkang moluska.
Anggota ini tersingkap di sekitar Tapalang dan berhubungan menjemari dengan batuan leusit-basal dari Batuan gunugnapi Adang. Tebalnya kurang lebih 50 m. Berdasarkan kedudukannya yang menjemari dengan Formasi Mamuju, maka Anggota ini diduga berumur Miosen Atas.
Satuan ini merupakan nama Anggota baru yang diusulkan, diambil dari nama daerah Tapalang yang merupakan tempat singakapan terbaik.
Tmpl Formasi Lariang ; batupasir gampingan, mikaan, batulempung bersisipan kalkarenit, konglomerat dan tuf.
Batupasir gampingan, mikaan, berwarna kelabu, berbutir sedang – kasar, mampat, setempat konglomeratan. Batuan ini berlapis baik, dengan tebal dari beberapa cm sampai 10 cm.
Batulempung, berwarna kelabu, berlapis tipis sampai masif, menunjukkan struktur silang siur.
Kalkarenit, berwarna kelabu, tak berlapis, sebaagian terhablurkan banyak mengandung fosil foraminifera, gastropoda dan brachiopoda,, setempat berubah terumbu koral.
Konglomerat, berwarna cokelat kemerahan, aneka bahan, berlapis baik dan berselang-seling dengan batupasir stebal 2 cm sampai 6 cm, komponen berukuran 2 cm sampai 4 cm, terdiri dair batuan sedimen, basal, andesit, granit, genes dan sekis, berbentuk membundar tanggung sampai membundar yang direkatkan oleh batupasir kuarsa yang juga sebagai massa dasar.
Tuf, berwarna putih kelabu, mengandung biotit dan kuarsa, mudah hancur, merupakan sisipan dalam batupasir gampingan dan batulempung. Batupasir gampingan dan kalkarenit, mengandung fosil antara lain Globigerinoides ruber D’ORBIGNY, Globigerinoides trikoba REUSS, Globorotalia menardii D’ORBIGNY, Globigerinoides elongates D’ORBIGNY, Pulleniatina primalis BLOW dan BANNER, Gloguadrina altispira CUSHMAN dan JARVIS, Sphaerodinellopsis seminulina SCHWARGER, Globigerinoides obliguus BOLLI, Globigerinoides immaturus LEROY, Globigerina venezuelana HEDBERG, Globorotalia acostaensis BLOW, Globorotalia cf. Globorotalia margaritae BOLLI dan BERMUDEZ, Frazilus sp, Neoepoides sp, Siphogenerina sp. (terdapat melimpah), caneris sp, Ammonia sp, Hastigerina siphonfera D’ORBIGNY, Orbulina universa D’ORBIGNY dan Bullimina sp. Kumpulan fosil plangton ini menunjukkan umur Miosen Akhir-Pliosen Awal dan terendapkan dalam lingkungan laut dangkal ( Sudiyono, hubungan tertulis, 1985).
Formasi ini tersebar di bagian barat laut Lembar yaitu di bagian tengah aliran S. Lumu dan S. Budong-budong menerus ke utara yaitu ke Lembar Pasangkayu. Satuan ini menindih takselaras Batuan Gunungapi Adang, Batuan Gunungapi Talaya, dan batuan malihan, tertindih takselaras oleh Formasi Budong-budong dan endapan kuarter. Tebal satuan ini kurang lebih 500 m. Nama Formasi ini adalah nama baru yang diusulkan, berasal dari nama S. Lariang di Lembar Pasangkayu yang merupakan daerah lokasi tipenya (Sukido, drr, dalam persiapan, 1987).
Qb Formasi Budong-budong ; konglomerat dan batupasir, besisipan tipis batugamping koral dan batulempung.
Konglomerat, berwarna cokelat kelabu, aneka bahan, mempat, sebagian mudah lepas, berlapis baik, dengan tebal lapisan dari beberapa cm sampai 35 cm. Komponen utamanya adalah leusit, dasit, granit, dan diorite, berbentuk membundar tanggung sampai membundar, tertanam dalam massa dasar batupasir berbutir halus sampai sedang.
Batupasir, berwarna kelabu kecoklatan agak lunak, berlapis dengan tebal dan beberapa cm sampai 20 cm, butiran berukuran halus sampai sedang, terdiri dari kuarsa dan batuan beku, dengan massa dasar lempung, setempat ditemukan struktur perlapisan bersusun, dan berselingan dengan grewake.
Batugamping koral, berwarna kecoklatan, tersusun dari pecahan koral, berlapis itpis (2 – 5 cm), terdapat sebagai sisipan dalam konglomerat dan batupasir.
Batulempung, berwarna cokelat, agak lunak, berlapis tipis, mengandung sisa tumbuhan. Batuan ini terdapat sebagai sisipan dalam batupasir dan konglomerat.
Berdasarkan kedudukan stratigrafinya, dan masih belum kompak, maka formasi ini diduga berumur Pliosen-Holosen, dan berlingkungan pengendapan laut dangkal sampai darat. Satuan ini tersebar di bagian barat laut Lembar, terutama dibagian hilir S. Budong-budong.
Formasi budong-budong menindih takselaras Formasi Lariang, Batuan Gunungapi Lamasi. Batuan Gunungapi Talaya dan batuan malihan dan diduga berhubungan menjemari dengan batugamping koral. Tebal satuan seluruhnya kurang lebih 200 m. Formasi Budong-budong adalah nama baru yang diusulkan, berasal dari nama S. Budong-budong yang merupakan tempat singkapan terbaik.
Ql Batugamping Koral ; batugamping terumbu dan batugamping bioklastika setempat dengan cangkang moluska berongga.
Batuan ini terutama tersusun dari koral, ganggang dan sedikit pecahan cangkang moluska. Sebarannya terutama terdapat di pantai barat laut Lembar dan diduga menjemari dengan Formasi Budong-budong yang berumur Plistosen-Holosen, Tebal satuan kurang lebih 25 m.

Batuan Gunungapi
Toml Batuan Gunungapi Lamasi ; aneka tuf, lava dan breksi gunungapi bersusunan andesit dasit, setempat sisipan batupasir gampingan dan serpih. Batuan ini umumnya mengandung urat kuarsa bermineral sulfide, terutama pirit, setempat tembaga, terubah dan terkersikkan, bersusunan andesit, dasit dan trakit serta sedikit basal.
Aneka tuf terdiri dari tuf hijau, tuf sela dan tuf lapilli, tuf hijau, berbutir sangat halus, berhablur renik, terdiri dari klorit (60%), feldspar (10%), serisit (5%), lempung (15%), kuarsa (5%) dan bijih (1%). Batuan ini agak keras sampai lunak, berlapis buruk antara 0,5 – 2 cm sampai tak berlapis. Setempat berwarna putih kehijauan, keras, terkesikkan termineralkan, terutama pirit, berkepingan tuf putih bersifat dasit atau trakit, terdiri dari mineral kuarsa dan feldspar.
Tuf sela, berwarna kuning kehijauan, berkepingan dasit dan andesit yang tertanam dalam massa dasar mineral kuarsa dan feldspar, mengandung sedikit tembaga dan pirit.
Tuf lapilli, berupa tuf dengan pecahan dasit berukuran 1 – 3 cm, berbentuk menyudut tanggung, keras, berlapis baik.
Lava, berwarna kelabu muda, pejal, bersusunan dasit-trakit, umumnya terubah dan termineralkan berupa pirit, Lava bersusunan dasit, kristalnya berbentuk anhedral sampai euhedral, porfirit, berbutir kasar sampai halus, tersusun oleh plagioklas (An20, 20%) , kuarsa (15 %), biotit (15 %), mikrolit feldspar dan gelas (35 %), sedikit dan piroksin. Andesitnya berukuran halus sampai sedang, pejal, porfirit, hipokristalin, tersusun oleh fenokris plagioklas (35 %), piroksin (25 %), bijih (20 %), sedikit kuarsa dan gelas dengan massa dasar (35 %).
Breksi, berwarna putih kelabu, bersusunan sama dengan lava, komponennya berukuran dari beberapa cm sampai 5 cm dengan bentuk menyudut tanggung sampai menyudut dengan massa dasar tuf. Di beberapa tempat, batuan ini termineralkan yang tersebar didalam komponen maupun massa dasarnya, setempat mengandung sulfida tembaga.
Batulempung hitam, menyerpih, terdapat secara setempat, berupa selingan dalam tuf breksi. Batuan ini biasanya mengandung sisipan tipis tuf lapilli bersusunan andesit.
Satuan batuan ini diterobos oleh retas diorite, andesit dan granit kambuno, yang menyebabkan terjadinya permineralan dari pengubahan (pengersikan dan pengkloritan), terutama pada bidang kontaknya. Permineralan yang terjadi berupa bijih “massive”, “fragmental”, “Stockwark” dan “network” dan sisipan urat. Bijih sulfidanya adalah sfalerit, pirit, galena dan kalkopirit, ditemukan didaerah Sangkaropi, Pompangeo dan Rumanga (semuanya telah diselidiki oleh  PT. Aneka Tambang dan tim dari Direktorat Sumber Daya Mineral dan Energi. Batuan gunungapi ini mempunyai Anggota batugamping, sehingga umurnya diperkirakan sama dengan anggota tersebut yaitu Oligosen-Miosen.
Satuan ini tersebar di bagian tengah, utara dan timur Lembar, menindih takselaras Formasi Toraja dan tertindih selaras oleh Formasi Sekala. Lokasi tipenya terdapat di S. Lamasi antara Palopo dan Sabbang, Lembar Malili (Simandjuntak, drr, 1982) dibagian tenggara Lembar.
Tmrt Tuf Rampi ; batupasir tufaan dan tuf Kristal.
Batupasir tufaan, putih hingga kekuningan, berbutir halus hingga sedang, terpilah buruk, mengandung kaca gunugnapi, feldspar dan kuarsa, memperlihatkan perlapisan sejajar yang disebabkan oleh perubahan warna atas susunan butiran batuan, batuan berlapis dengan ketebalan berkisar antara 10-30 cm. Umumnya pejal dan telah mengalami ubahan.
Tuf Kristal, putih, pejal dan padat, berbutir halus terdiri dari Kristal kuarsa dan feldspar yang berbentuk anhedral dan lempung terdapat sebagai hasil dari mineral ubahan. Tuf Kristal ini umumnya terdapat berselingan dengan batupasir tufaan dengan tebal lapisannya mencapai 5 m.
Batuan ini terdapat dibagian timur laut Lembar, menyebar kearah timur di Lembar Malili yang diperkirakan berumur Oligosen-Miosen Awal, dan takselaras menindih Formasi Latimojong (Simandjuntak, drr, 1991).
Tmt Batuan Gunungapi Talaya ; breksi lava, breksi tuf, tuf lapilli, bersisipan tuff dan batupasir (grewake), rijang, serpih, napal, setempat batupasir karbonatan dan batubara.
Breksi, lava dan breksi tuf, umumnya bersusunan andesit sampai basal, setempat mengandung leusit, Batuan ini sebagian besar telah terpropilitkan dan termineralkan, sehingga warnanya kalabu kehijauan sampai hijau, banyak mengandung urat kalsit dan setempat urat kuarsa.
Breksi, berwarna kelabu, komponen berukuran kerikil sampai bongkah, dengan bentuk menyudut tanggung sampai menyudut, tertanam dalam massa dasar tuf pasiran, mampat, tidak berlapis.
Lava, berwarna kelabu, terkekarkan dengan struktur kekar tiang, beberapa bersturktur bantal, pejal. Berdasarkan penelitian petrologi, batuan ini umumnya bersusunan andesit, andesit piroksin, diabas dan basal, beberapa contoh bersusunan trakit basal, dasit, andesit hornblende, andesit biotit dan basal leusit. Umumnya terhablurkan penuh, porfirit, berbutir halus sampai sedang dengan bentuk andhedral sampai euhedral, beberapa bertekstur afanit.
Andesit piroksin tersusun dari plagioklas An 40-50 (40%-60%), piroksin (10%-20%), sedikit lempung, kuarsa, hornblende, biotit, bijih dan gelas. Piroksin dan Plagioklas, sebagian telah terubah menjadi kalsit, serisit, dan beberapa epidot. Massa dasarnya terdiri dari mikrolit atau Kristal renik feldspar dan sedikit piroksen atau hornblende, yang umunya telah terubah menjadi kalsit dan beberapa karbonat. Beberapa mineral menunjukkan beberapa retak-retak, yang diisi oleh kuarsa sekunder, Bijih berwarna hitam, berbutir halus (0,4 mm), kedap, andhedral, terdapat menyebar pada massa dasar.
Basal dan breksi basal, umumnya terdiri dari plagioklas,(An3o-Ab7o), klinopiroksin, olivin, gelas, mineral gelap dan bijih,. Batuan ini menunjukkan tekstur porfirit, dengan fenokris terdiri dari feldspar dan pirokson, umumnya telah berubah menjadi serisit, klorit dan epidot.
Tuf lapilli, berwarna kelabu kehijauan berkepingan andesit, Andesit, berbutir halus (0,3 mm-1 mm), anhedral euhedral, tersusun dari plagioklas (40%), piroksin (15%), kripto kristalin (20%), kuarsa (2%), ortoklas (1%), Karbonat (5%), Klorit (8%), dan bijih (1%).
Batupasir Karbonatan, berwarna kelabu tua, berbutir halus-sedang, sebagian konglomeratan yang banyak mengandung kepingan batulanau sangat keras, berlapis dan menunjukkan struktur silang-siur.
Batubara dengan tebal lebih dari 2 m ditemukan berselingan dengan batupasir karbonatan.
Batupasir wale sebagai sisipan, berwarna kelabu kehijauan, berlapis baik dengan tebal 0,5-1 m, berstruktur perlapisan bersusun, setempet “slump” dan konglomeratan. Batuan ini biasanya terdapat berselingan dengan lava atau breksi.
Rijang, merupakan sisipan tipis dalam satuan ini, berwarna putih kelabu sampai kelabu kemerahan.
Serpih, berwarna kelabu kecoklatan, keras, berlapis tipis.
Napal, berwarna putih, berlapis tipis (1-5 cm), keras dan mampat. Napal ini mengandung fosil ganggang, pecahan ekinoid, Lepidocyclina sp, Miogypsina sp, Gypsina sp, yang mungkin menunjukkan umur Miosen Awal-Miosen Tengah. Berdasarkan umur itu dan kedudukan stratigrafinya yang menjemari dengan Formasi Sekala, maka dapat disimpulkan bahwa umur satuan ini berkisar antara Miosen Tengah sampai Pliosen. Lingkungan pengendapan satuan ini adalah laut dangkal dan sebagian darat.
Satuan ini tersebar luas di Lembar Mamuju dan hampir tersingkap disemua tempat. Di bagian selatan Lembar, menerus ke Lembar Majene, ke utara ke Lembar Pasangkayu dan ke timur ke Lembar Malili dan sebelah barat Poso. Nama satuan ini diambil dari nama gunung (Bulu) Talaya, di bagian barat Lembar, tempat ditemukan singkapan yang baik. Tebal satuan ini kurang lebih 750 m.
Tmb Tuf Beropa ; perselingan tuf dan batupasir tufaan, bersisipan breksi gunungapi dan batupasir wacke.
Tuf berwarna putih kemerahan sampai kehijauan, berbutir halus-sedang, mengandung biotit, feldaspar dan kuarsa.
Batupasir tufaan, berwarna kelabu kecoklatan, berlapis baik dan pejal.
Batupasir wacke, berwarna kelabu kehijauan, berlapis baik tersusun dari plagioklas, mineral mafik, kuarsa dan oksida besi, berbutir sedang sampai kasar.
Breksi gunungapi, berwarna kelabu kekuningan, pejal, sebagian berlapis, komponen berukuran dari 5 sampai 30 cm dengan bentuk menyudut tanggung sampai menyudut. Tersusun oleh kepingan andesit sampai basal, porfirit, tersusun dari plagioklas, hornblende, piroksin dan gelas yang tertanam dalam massa dasar mikrolit feldspar.
Batupasir wacke sebagai sisipan berwaarna kelabu muda, berlapis cukup baik dengan tebal, dan 0,5 sampai 0,75 m.
Satuan ini diduga merupakan anggota di bagian bawah dan batuan gunungapi Talaya sehingga umurnya diduga Miosen Tengah. Tebalnya kurang lebih 500 m. Satuan ini tersingkap ditengah dan bagian timur Lembar, terutama disekitar desa Belopa, menjemari dengan Batuan Gunungapi Talaya dan menindih takselaras Formasi Latimojong.
Tma Batuan Gunungapi Adang ; tuf lapilli, breksi bersisipan lava, batupasir dan batulempung tufaan.
Tuf lapilli, berwarna putih kehijauan, berbutir kasar, mengandung mineral leusit, berukuran dari beberapa cm sampai 3 cm, terhablur smepurna, dengan massa dasar tuf halus bersusunan leusit. Batuan ini berlapis kurang baik sampai tak berlapis.
Breksi, berwarna kelabu, komponen berukuran kerikil sampai bongkah, terutama tersusun oleh basal leusit dan massa dasarnya tuf yang berusunan leusit.
Basal leusit, berbutir kasar, terhablurkan sempurna, porfirit, tersusun dari mineral leusit (50 %), piroksin (5 %), gelas dan feldspar (40 %), mineral kedap cahaya (5 %), dan biotit (1 %).
Lava basal leusit, porfirit dengan bentuk mineral subhedral sampai anhedral, terdiri dari leusit (45 %), kalium feldspar (20 %), piroksin (10 %) dan biotit (8 %). Beberapa contoh batuan menunjukkan struktur trakit.
Batupasir dn batulempung tufaan, berwarna kelabu muda, terdapat sebagai sisipan dalam tufa berlapis cukup baik dengan tebal 1-5 cm agak keras, mengandung mineral leusit berbutir halus sedang dan batuapung. Setempat satuan ini ditemukan batuan biotit andesit dengan Kristal biotit berukuran 2 cm.
Satuan ini tersebar luas di bagian barat daya Lembar, yaitu daerah antara Tapalang dan Mamuju, menjemari dengan Formasi Mamuju dan Anggota Tapalang, dan diduga menjemari pula dengan batuan (gunungapi Talaya). Berdasarkan kedudukan stratigrafi tersebut, maka umurnya diduga sama dengan Formasi Mamuju, yaitu Miosen Tengah-Miosen Akhir. Umur ini sama dengan umur leusit yang ada di Lembar Pangkajene (Silitonga, 1982). Tebal satuan kurang lebih 400 m.
Qbt Tuf Barupu ; tuf, tuf lapilli, tuf hablur, bersusunan dasit dan sedikit breksi lava bersusunan andesit dan dasit.
Tuf, berwarna putih sampai kelabu, agak mampat, sebagian mudah hancur, setempat berlapis (10-25 cm). Sedangkan tuf hablur, berwarna putih kelabu, berbutir sedang sampai kasar, terdapat sebagai sisipan tipis dalam tuf. Batuan ini umumnya bersusunan dasit, biotit, sanidin, dan banyak dijumpai oksida besi.
Breksi lava, berwarna kelabu mampat keras, komponen berukuran kerikil sampai bongkah dengan bentuk menyudut tanggung sampai menyudut, bersusunan andesit.
Tuf Barupa diduga berumur plistosen dan tebalnya kurang lebih 300 m. Sebarannya terdapat dibagian tenggara Lembar yaitu di daerah Kawalean, sebelah selatan Bulu Malimongan dan di sebelah barat Rantepao.
Satuan ini menindih takselaras batuan gunungapi Oligosen-Miosen. Penamaan Tuf Barupu pertama kali diberikan oleh Abendanon (1951), kemudian digunakan pula oleh Reyzer (1920). Namanya berasal dari Barupu, nama kampung disebelah barat Rantepao yang merupakan tempat singkapan terbaik.

Batuan Terobosan
Tmpi Batuan Terobosan ; granit, granodiorit, riolit.
Granit, berwarna kelabu, putih kemerahan sampai kehitaman, berbutir sedang sampai sangat kasar, terhablur sempurna dengan bentuk sub-euhedral, beberapa panidiomorfik. Mineral utamanya terdiri dari kuarsa, kalium feldspar, plagioklas, hornblende, biotit dan setempat klorit, apatit dan bijih. Kuarsa dan feldspar umumnya tumbuh bersama (intergrowth), dan setempat seritisasi dan karbonatisasi. Pada beberapa mineral terlihat retak-retak sebagai akibat pengaruh dari tekanan. Dibeberapa tempat mengandung emas.
Granodiorit, berwarna putih kotor berbintik hitam hingga kelabu kehitaman, berbutir sedang-kasar, porfiritik dengan fenokris terdiri dari plagioklas, hornblende, kuarsa dan biotit, sedikit piroksin, bijih, setempat terlihat klorit, apatit, sirkon, epidot, serisit, magnetit dan lempung terdapat sebagai hasil ubahan.
Riolit, berwarna putih kelabu, butir halus-sedang dan berbentuk sub-anhedral. Mineral penyusun utamanya terdiri dari piroksin, biotit dan plagioklas dengan sedikit kuarsa dan feldspar.
Diorit, berwarna kelabu kehitaman sampai kehijauan, umumnya berbutir sedang-halus, terhablur sempurna setempat mengandung butiran kuarsa hingga terbentuk batuan diorit kuarsa dan terdapat sebagai retas-retas dibeberapa tempat.
Apatit, umumnya berbentuk retas-retas berwarna kelabu kemerahan, berbutir sangat kasar dengan mineral feldspar dan kuarsa mencapai ukuran 3 cm. Granit mempunyai penyebaran yang luas terutama dibagian selatan Lembar, beberapa tempat dibagian timur. Batuan ini ada yang menamakan Granit Mamasa atau Granit Kambuno di Lembar Malili dan Lembar Poso, Umurnya diperkirakan pada Miosen Akhir-Pliosen Awal.
Dibeberapa tempat, terutama yang terdapat dibagian selatan Lembar telah mengalami pelapukan yang cukup kuat, hingga lepas-lepas seperti kuarsa. Penerobosan terhadap Batuan Gunungapi Lamasi menunjukkan adanya pemineralan bijih sulfida dan membentuk cebakan tembaga, seperti yang terdapat di Sangkaropi, Penasuang dan Bilolo dibagian utara Tana Toraja.

Batuan Malihan
TRw Batuan Malihan ; sekis mika, genes mika dan sedikit filit serta batusabak.
Sekis mika dan genes mika, berwarna kelabu, umumnya tersusun oleh biotit, muskovit, dan kuarsa, berbutir sedang sampai kasar. Batuan telah mengalami deformasi dan pada singkapannya terlihat paling sedikit ada tiga arah pendaunan.
Filit, berwarna kelabu, tersusun dari lempung, karbonat dan kuarsa, beberapa granit dan sedikit hornblende.
Batusabak, berwarna kelabu kehitaman dengan susunan hampir sama dengan filit. Satuan ini diduga berumur lebih tua daripada umur Formasi Latimojong, berdasarkan kenyataan bahwa batuannya telah mengalami beberapa kali pencenanggaan (deformasi) yang dicirikan oleh adanya lebih dari dua arah pendaunan, sedangkan Formasi Latimojong kurang menunjukkan arah pendaunan. Kanyataan ini membuktikan bahwa kompleks Wana terbentuk sebelum Kapur dan diduga Trias, tetapi sebelum Formasi Latimojong terbentuk. Tebal satuan ini tidak diketahui pasti, diduga lebih dari 1.000 m.
Satuan ini dapat disebandingkan dengan sekis glaukofan atau Kompleks Pompangeo (Simandjuntak, drr, 1991) atau Kompleks Wana (Sukido, drr, 1987, dalam persiapan). Satuan ini tersingkap di daerah Budong-budong, sudut barat laut Lembar. Singkapan yang cukup luas terdpat disebelah utara Lembar yaitu di Lembar Pasangkayu. Satuan ini tertindih takselaras oleh Formasi Lariang, Formasi Budong-budong alluvium.

Struktur Geologi Regional
Struktur utama di Lembar Mamuju adalah sesar normal dan sesar naik yang mempunyai arah umum utara timur laut-selatan barat daya. Beberapa sesar berarah hampir barat daya-timur dan utara barat laut-selatan tenggara. Struktur lipatan di Lembar ini berkembang cukup baik.
Daerah Lembar termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto,  1973), terutama terdiri dari batuan malihan, batuan sedimen, batuan gunungapi dan batuan terobosan bersifat granit. Di daerah ini paling sedikit telah terjadi empat kali gejala tektonik di Daerah Sulawesi barat daya (Leewuen, 1981). Gejala ini mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajat rendah pada Satuan Batuan Malihan.
Pada Kapur Akhir terbentuk Formasi Latimojong dalam lingkungan laut dalam, terutama terbentuk di bagian timur dan tengah Lembar. Tektonika selanjutnya terjadi pada Paleosen, yang mengakibatkan satuan batuan Malihan terlipat dan termalih lagi serta Formasi Latimojong termalih regional derajat rendah.
Pada Kala Eosen sampai Oligosen terjadi genang laut yang membentuk sedimen laut Formasi Toraja dan Anggota Rantepao. Pada kala Oligosen sampai Miosen Awal terjadi lagi kegiatan tektonik yang disertai dengan kegiatan gunungapi dalam bentuk busur  kepulauan gunungapi, dan membentuk batuan gunungapi Lamasi, yang dibeberapa tempat terbentuk pula batugamping. Setelah kegiatan gunungapi terhenti, pengendapan batuan karbonat terus berlangsung sampai awal Miosen Tengah sehingga terbentuk Formasi Riu.
Pada Kala Miosen Tengah bagian tengah sampai awal Miosen Akhir terjadi lagi kegiatan tektonik yang disertai dengan kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan Gunungapi Talaya, Tuf Beropa, dan batuan sedimen Gunungapi Formasi Sekala. Batuan gunungapi Talaya bersusun andesit-basal yang makin kearah atas susunannya berubah menjadi leusit-basal, sehingga terbentuk batuan Gunungapi  Adang. Di bagian barat, pada waktu yang bersamaan terendapkan batuan karbonat Formasi Mamuju dan batugamping terumbu Anggota Tapalang.
Pada Kala Akhir Miosen Tengah, kegiatan gunungapi tersebut disertai dengan terobosan batuan granit yang menerobos semua satuan yang lebih tua. Terobosan ini membawa larutan hidrotermal yang kaya akan bijih sulfida dan membentuk endapan bijih sulfida terutama sulfida tembaga, seperti didaerah Sangkaropi, Penasuang dan Bilolo.
Terobosan ini disertai dengan pengangkatan dan penyesaran, sehingga terbentuk sesar turun dan sesar naik yang berarah utara timur laut-selatan barat daya. Pengangkatan yang terjadi dibagian barat Lembar mungkin berlangsung sampai Miosen Akhir yang dilanjutkan dengan penurunan sehingga terbentuk Formasi Lariang. Kegiatan tektonik terakhir mungkin terjadi pada Kala Pliosen, sehingga bagian timur Lembar terangkat, sedangkan pengangkatan di bagian barat Lembar disusul oleh penurunan yang menghasilkan Formasi Budong-budong dan batugamping koral. Sejak Pliosen Akhir daerah ini diduga sudah berupa daratan, dan pada Kala Plistosen (?) terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan tuf Barupu, pengangkatan daerah ini masih berlangsung terus sampai sekarang, dicirikan dengan tumbuhnya terumbu koral disepanjang pantai barat.

Lihat dan Download Peta Geologi Lembar Mamuju : klik di sini!!!

Previous Post
Next Post

0 comments: