Kamis, 30 Juni 2022

Geologi Regional Lembar Sorong, Irian Jaya

FISIOGRAFI REGIONAL

Di Sorong terdapat enam jenis bentangan alam sebagai santiran geologi yang beraneka yang mengalasinya.

Perbukitan kasar ('bukit bertonjolan') yang berarah timur-timurlaut berkembang di pantai utara daratan Itian Jaya, dan Pulau Batanta serta Salawati Utara. Puncak tertingginya,di bagian utara Pulau Salawati, 931 m di atas permukaan laut, dengan timbulan yang kuat.

Lembah antargunung bersesuaian dengan dua lembangan yang terpengaruh penyesaran di bagian timurlaut daratan Irian Jaya: Lembah Warsamson dan Lembah Dore Hum (di barat Teluk Dore Hum).

Perbukitan dan pegunungan Inengkras ('gunung dan bukit berkras') berkembang pada batugamping yang tersingkap di Pegunungan Morait dan di baratdayanya, di Pulau Batanta bagian tengah dan barat, dan di Pulau Mansuar.

Daerah perbukitan rendah meluas ke barat meliputi Pulau Salawati (di Pematang Waibu), menempati jalur yang berarah ke barat sampai ke baratdaya meliputi bagian tengah daratan Irian Jaya di Kampung Klasaman dan lapangan minyak Klamogun, mencakup gugus Kepulauan Fam, dan di Pulau Kofiau berkembang berguntung.

Dataran dan rataan aluviunz dan antar-pasut ('dataran litoral dan aluvium dan rataan') 0-50 m di atas muka laut menutup bagian selatan daratan Irian Jaya; bagian timur, selatan dan baratdaya, Pulau Salawati; dan sejum- lah pulau di Selat Sele.

Terumbu koral dan undak terangkat ('undak dan terumbu koral terangkat') membentuk seluruh atau bagian tertentu pulau yang termasuk Kepulauan Schildpad, Mainsfield, Boo, Fam, Kofiau, dan Doif.

STRATIGRAFI REGIONAL
Berdasarkan corak stratigrafi, wilayah Sorong dapat dibagi menjadi empat mandala geologi. Dari selatan ke utara, mandala itu yaitu: Bongkah Kemum, Sistem Sesar Sorong, Bongkah Tamrau, dan Mandala Batanta-Waigeo.

Bongkah Kemum meliputi batuan sedimen klastika, batuan malihan, batuan terobosan, karbonat, dan endapan permukaan yang umurnya berkisar dari Silur-Devon sampai Holosen. Batuan tertua yang tersingkap adalah Formasi Kemum (SDk), yang terdiri dari batusabak, filit, kuarsit, batupasir-malih sela, dan konglomerat malih. Pada singkapan, formasi itu telah diterobos oleh Granit Melaiurna Karbon Bawah (Cm), yang mungkin mempunyai hubungan dengan yang dijumpai di dua lobang bor satu di Pulau salawati, yang satu lagi di daratan Irian Jaya di baratdaya. Kedua satuan itu tertindih tak selaras oleh batuan klastika silika dan batugamping tak murni Kelompok Aifam (CPz) yang berumur Karbon Atas sampai Perem Atas, yang pada gilirannya tertindih tidak selaras oleh lintapan tak lengkap Kelompok Besar Batugamping New Guinea, yang meliputi Batugamping Faumai (Tef) yang berumur Eosen Tengah sampai Eosen Atas,batupasir dan batulumpur Formasi Sirga (Toms) yang berumur Oligosen Atas sampai Miosen Bawah dan menjemari dengan karbonat dan batuan gampingan Miosen Batugamping Klamogun dan Batugamping Kais (Tmkl dan Tmka) dan Formasi Klasafet (Tmk). Formasi Klasafet itu tertindih batuan klastika silikat Formasi Klasaman (TQk) yang berumur Miosen Atas sampai Plistosen. Konglomerat Sele (Qps) yang berumur Plistosen dan endapan aluvium dan litoral (Qa) Kuarter menindih tak selaras semua satuan yang lebih tua.

Sistem Sesar Sorong adalah jalur bancuh (Tjia, 1973b), mencakup kepingan batuan sedimen klastika, karbonat, granit, dan ultramafik dan batuan gunungapi, dengan ukuran yang berkisar dari kerakal sampai bongkah dengan panjang eberapa kilometer. Kepingan itu menempati kedudukannya yang satu terhadap yang lain yang sekarang ini disebabkan oleh pergerakan Sistem sesar Sorong antara Miosen Akhir dan Kuarter. Beberapa dari bongkah itu nisbi terpadu, terpetakan pada sekala 1:250.000 dan nyata berasal dari mandala geologi yang berdampingan; di antaranya telah dipetakan bongkah Formasi Kemum (SDk), Formasi Tamrau (JKt), Formasi Waiyaar (JKwa) Batugamping Faumai (Tef), Formasi Klasafet (Tmk), Formasi Klasaman (TQk), Batuan Gunungapi Dore (Tmdo), dan Batugampg Sagewin (Tmsa). Formasi Waiyaar merupakan batuan terpadu besar yang terpetakan dan diperkirakan hanya tersingkap pada Sistem Sesar sorong, tetapi diyakini mendasari batuan Miosen yang tersingkap pada Blok Tamrau di barat daya pulau Salawati. Satuan itu bersentuhan dengan atau setidaknya sebagian terdiri 17 sesarkan terhadap Breksi Yefman (SFy), jenis batuan tak lazim yang cara pembentukannya merupakan teka-teki. Batuan yang lain tidaklah berasal setempat dan tersusun dari kalsilutit (SFC), batuan ultramafik dan mafik (SFu), dan Granit Sorong (SFso).
Bagian yang terbesar Sistem Sesar Sorong tersusun dari himpunan kepingan batuan tak padu dan tak homogen, yang masing-masing terlalu kecil untuk dipetakan dan secara keseluruhan disebut sebagai bancuh tak terparakkan (SFx). Konglomerat Asbakin (TQas) tersusun dari kecur asal-bancuh, runtungan, dan diendapkan beberapa waktu antara Miosen Akhir dan Plistosen menindih SFx di pantai sekitar Kampung Asbakin, dan selimut Konglomerat Sele (Qps) pada seluruh lebar Sistem Sesar Sorong beberapa kilometer di timur Sorong. Endapan danau Kuarter (QI) tampaknya menutup banyak dari Sistem Sesar Sorong di Lembah Warsamson, dan endapan sungai (Qa) menyembunyikan sebagian daripadanya di lembah Sungai Mega.

Bongkah Tamrau, satuan tertua adalah Formasi Tamrau (JKt) yang berumur Jura Tengah sampai Kapur Atas, dan tersusun dari batuan klastika silika malihan wilayah derajat-rendah; singkapan terdapat di timurlaut. Satuan itu tertindih talc selaras oleh karbonat Miosen Formasi Koor (Tmko). Senasabah Form asi Koordebih ke barat di daratan Irian Jaya dan di Pulau Salawati, adalah Batugamping Sagewin (Tmsa), menindih dan menjemari dengan Batuan Gunungapi Dore (Tmdo) yang berumur Miosen, batuan gunungapi andesit dan basal, batuan curapi, dan sedikit terobosan yang menempati bagian utara Pulau Salawati dan bagian utara daratan Irian Jaya (antara Sorong dan Tanjung Dore). Batuan Gunungapi Dore di Pulau Salawati mungkin menutupi Formasi Waiyaar (JKwa) yang sama waktu pembentukannya dengan Formasi Tamrau, yang hanya tersingkap di sekitar Sistem Sesar Sorong, mereka juga mungkin menutupi satu atau beberapa batuan Mesozoikum serupa yang terdapat di daratan. Endapan sungai, litoral dan pantai Kuarter (Qa) menindih batuan yang lebih tua.

Mandala Batanta-Waigeo (yang juga mencakup Waigeo dan kepulauan sekitarnya di utara Sorong) merangkumi pulau dan gugus pulau diutara dan barat Pulau Salawati dengan dasarnya berupa batuan gunungapi Tersier atau mungkin batuan ultramafik sampai mafik Mesozoikum. Batuan Mesozoikum? itu diwakili oleh Ofiolit Gag (Mg) di Kepulauan Fam. Boleh jadi batuan yang ägak sedikit muda di Pulau Batanta-tergolong Formasi Saranami (MTs), batuan klastika silika malihan regional derajat-rendah (selama Kala Paleogen?) dan batuan gunungapi andesit yang bersentuhan-sesar dengan Batuan Gunungapi Batanta (Temb) yang berum ur Eosen Atas sampai Miosen Bawah. Batuan Gunungapi Batanta menindih dan menjemari dengan Formasi Yarifi (Tomy) (klastika gunungapi dan batuan gunungapi) dan Batugamping Dayang (Tomd) yang berumur Oligo-Miosen. Ketiga satuan ini tertindih tak selaras oleh Batugamping Waigeo (Tmpwa) yang berumur Miosen Atas sampai Pliosen; Formasi Yarifi dan Batuan Gunungapi Batanta tertindih tak selaras oleh batuan klastika kasar sampai halus Formasi Marchesa (TQm) di Batanta Timur yang berunwr Plio-Plistosen. Salah satu dari Batuan Gunungapi Batanta, Formasi Yarifi, Batugamping Dayang, dan Formasi Waigeo tersingkap di pulau dan gugus pulau di utara dan barat Pulau Batanta. Koral terangkat (QC) dan endapan pantai dan sungai (Qa) menindih batuan yang lebih tua.

STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
Keempat mandala geologi yang dapat dikenali di wilayah Sorong terpisahkan yang satu dengan yang lain oleh sesar. Bongkah Kemum dibatasi di utara oleh Sistem Sesar Sorong. Bongkah Tamrau dibatasi oleh Sistem Sesar Sorong di selatan, dan dari Mandala Batanta-Waigeo terpisahkan oleh Sesar Sagewin di lepas pantai, yang ditafsirkan terentang sepanjang Selat Sagewin dan memanjang ke timur-timurlaut. Kepulauan Kofiau, Boo, Fam dan Doif, dan Pulau Mansuar, juga termasuk Mandala Batanta-Waigeo.

Bongkah Kemum menempati sebagian besar SORONG, dan dialasi kerak benua. Batuan endapan malihan dasar bongkah ini (Formasi Kemum) teriuk dan termalihkan pada Devon Akhir sampai Karbon Awal. Dalam Bongkah Kemum dipetakan tiga kawasan: Tinggian Ayamaru, yang memanjang dari TAMINABUAN sampai bagian paling timur SORONG; Jalur Lipatan Morait yang menekup Tinggian Ayamaru di timurlaut; dan Cekungan Salawati yang meliputi Pulau Salawati bagian selatan dan tengah dan bagian baratdaya daratan 'Irian Jaya.
Tingian Ayarnaru (Visser & Hermes, 1962) adalah corak dengan batasan yang tak jelas, yang memisahkan cekungan Bintuni di timur (pada bagian TAMINABUAN, RANSIKI, FAK FAK, dan STEENKOOL) dari Cekungan Salawati.
Jalur Lipatati Morait mempunyai alas yang terangkat berdampingan dengan Sistem Sesar Sorong. Struktur itu mencerminkan kesenjangan dalam pengangkatan, yang di Sisi utara lebih kuat dengan Formasi Kemum tersingkap di sana.
Cekungan Salawati meluas dari bagian barat daratan Irian Jaya ke separuh bagian selatan Pulau Salawati. Di utara, cekungan itu terpotong oleh Sistem Sesar Sorong. Di timur, batasnya sulit ditentukan, karena di sana berakhir di Tinggian Ayamaru, yang tertutup oleh lapisan tipis endapan cekungan dan yang lebih muda, (Qa) yang mengendap ketika laju pengendapan lebih besar daripada pengangkatan. Keselatan dan barat cekungan itu meluas ke Laut Seram, dan di sana batasnya sukar dipastikan.

Sistem Sesar Sorong menjulur dari daratan Irian Jaya bagian utara, tempat sesar itu sebagian mengikuti garis pantai, menyeberangi Selat Sele dan menuju bagian utara Pulau Salawati.
Sistem Sesar Sorong umumnya ditafsirkan sebagai sesar wilayah geser-jurus menyamping ke kiri yang membentuk jalur perenggutan antara empeng Australia-India di selatan dan lempeng-lempeng disebelah utara (Visser Hermes, 1962; Jta, 1973; Hamilton, 1979; Dow & Sukamto, 1983; leters drr, 1989).

Bongkah Tamrau tersingkap di ujung timurlaut dan baratlaut daratan Irian Jaya dan bagian utara Pulau Salawati. Satuan tertua yang dipetakan di sana adalah Formasi Tamrau.

Mandala Batanta-Waigeo, Batuan mandala ini tersingkap di Pulau Batanta, di Pulau Waigeo (WAIGEO), di beberapa pulau yang ada di antara kedua pulau itu, dan pulau-pulau di barat Pulau Salawati (dan di utara garis unjuran ke barat Sistem Sesar Sorong). Segi kesamuderaan mandala ini ditunjukkan oleh keterdapatan secara meluas batuan gunungapi busur kepulauan dan batuan ultramafik. Batas antara mandala ini di Pulau Batanta dan Bongkah Tamrau ditafsirkan terdapat di sepanjang sesar yang mengikuti Selat Sagewin (Sesar Sagewin).

SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Petroleum
Penjajakan paling awal untuk mencari minyak bumi di Cekungan Salawati di SORONG berlangsung dari 1935 sam pai 1960 oleh NNGPM yang hasilnya diihtisarkan dalam laporan lengkap oleh Visser & Hermes (1962). Sumur temuan sumur Klamono pertama di Cekungan Salawati 1 yang dibor dalam 1936, tepat di seberang batas daerah Lembar, di TAMINABUAN menjumpai Batugamping Miosen Kais yang mengandung minyak pada kedalaman 130 m. Setelah lapangan Klamono ditemukan, NNGPM membor lebih lanjut 25 sumur adu-untung pada antiklin permukaan atau rendahan gayaberat, pada batuan Cekungan Salawati, tetapi hanya menemukan dua lapangan yang tak memberi hasil yaitu Klamumuk (diTAMINABUAN) dan sele (di SORONG).
Sejak 1970 lebih banyak lagi lapangan minyak yang ditemukan oleh PERTAMINA, Trend Exploration, dan Phillips Petroleum Co. Yang penting-penting adalah lapangan minyak Kasim, Kasim Selatan, Jaya, Salawati, Walio, Cenderawasih, dan Linda; selain itu, lapangan Sele terbukti memberi isyarat menguntungkan.
Dari 23 lapangan minyak yang menghasilkan (sampai Oktober 1987) yang diperkembangkan pada terumbu Miosen di Cekungan Salawati, semuanya ada di SORONG, kecuali lapangan Klamono, yang ada di TAMINABUAN.

Logam
Selama penjajakan dan penilaian endapan bernikel di Pulau Waigeo dan beberapa pulau di dekatnya oleh PT Pacific Nikkel Indonesia pada 1969-71, Reynolds drr (1973) mencatat adanya endapan bernikel di Kepulauan Fam. Meskipun mereka tak menunjukkan bahwa mereka telah menyigi endapan tersebut, sumur uji yang dibuat baru-baru ini tahun 1977 membuktikan adanya logam itu di sana. Di Pulau Gag laterit berkembang pada lereng sedang sampai curam, yang mana tepian selatan pada lintang T 129053' berlanjut sampai SORONG, telah diteliti pada waktu yang sama (Reynolds drr, 1973). PT Pacific Nikkei Indonesia menganalisa inti peridotit keras tegar tak lapuk dengan ketebalan pinggiran lapuk 5 cm terdiri dari hampir seluruhnya perubahan batuan.
Dari sebelas pasang inti dan pinggiran, nikel mempunyai perbandingan konsentrasi rata-rata tertinggi (pinggir: inti) 3, 7, mencerminkan rata-rata 1, 76% Ni di pinggir dari bongkah, cobalt mengandung rata-rata (),02% di pinggir, mencapai •mempunyai perbandingan konsentrasi tertinæi kedua 5 Pacific Nikkel Indonesia memilih dari Pulau Gag 12000 ton contoh kasar dari laterit tinggi sampai rendah bisa untuk ditempuh ke kanan untuk uji coba dan evaluasi (Reynolds drr, 1973).

Kemungkinan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
Airterjun Warsamson, yang terletak 1 km dari pantai utara daratan Irian Jaya mempunyai kemungkinan untuk pembangkit tenaga listrik dan penyediaan air untuk rumahtangga dan pengairan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan air Kota Sorong sekarang, tetapi juga untuk kemungkinan kebutuhan bagi industri di masa mendatang.

Bahan Bangunan
Di wilayah Sorong terdapat sumber bahan bangunan yang melimpah. Andesit dan basal di Bongkah Tamrau dan Pulau Batanta kiranya akan cocok untuk menyediakan batu giling atau batu pecah untuk dipakai pada pengeras maupun pembangunan jalan. Batugamping Kais dan lempung dari batuan klastika silika yang halus Formasi Klasafet, kiranya bisa digunakan dalam pembuatan semen. Kuarsit dalam Formasi Sirga tersusun sampai 95 persen dari kuarsa, dan mungkin sesuai untuk pembuatan kaca. Granit Melaiurna berwarna merah jambu cerah, terang, dan kiranya menarik jika digunakan untuk batu hias.

Lihat dan Download Peta Geologi Lembar Sorong : klik di sini!!!

Previous Post
Next Post

0 comments: