STRATIGRAFI REGIONAL
Mengacu pada peta lembar Tilamuta oleh Bachri et al. (1993), susunan stratigrafi regional daerah penelitian dari muda ke tua diurutkan sebagai :
Qal Aluvium : pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil, dan kerakal, berupa endapan pantai, rawa, dan sungai. Pelamparannya terutama di daerah pesisir selatan bagian barat, yaitu muara S. Randangan dan sekitarnya.
Ql Batugamping Terumbu : batugamping koral. Berwarna putih, dan umumnya pejal.satuan ini sebagian sudah terangkat membentuk perbukitan sedang sebagian lainnya masih berkembang terus di bawah muka laut hingga sekarang.
Qpl Endapan Danau : batulempung, batupasir, dan kerikil. Endapan ini umumnya dikuasai oleh batulempung abu-abu kecoklatan; setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Sebaran satuan ini terutama menempati daerah Lembah Paguyaman dan disekitar Danau Limboto. Ketebalannya mencapai 94 m, dengan alas batuan diorit (Trail, 1974).
TQpv Batuan Gunungapi Pinogu : aglomerat, tuf, lava andesitikbasaltik. Satuan ini diduga menindih Breksi Wobudu, sehingga umurnya diperkirakan Pliosen Akhir sampai Pleistosen awal. Sebaran satuan ini terdapat di sebelah selatan dan tenggara Lembah Paguyaman, juga di dekat Teluk Kuandang, dan di beberapa tempat yang bukit-bukit terpisah (Trail, 1974).
Tpb Granodiorit Bumbulan : granodiorit, granit, dasit, monzonite kuarsa. Satuan batuan ini terdapat di bagian selatan Lembar, terutama di daerah Bumbulan (Paguat), hingga sebelah sebelah barat Marisa. Singkapan yang dijumpai umumnya sudah lapuk (Bachri et al., 1993).
Tppv Batuan gunungapi Pani : Dasit, Andesit, tuf, aglomerat, breksi gunungapi. Batuan gunungapi ini menindih takselaras Formasi Randangan. Jadi, umur batuan gunungapi Pani diperkirakan Pliosen awal, sesuai juga dengan perkiraan Trail (1974). Tebal formasi ini diperkirakan mencapai ratusan meter (Bachri et al., 1993).
Tmbo Diorit Boliohuto : diorit, granodiorit. Satuan ini terdiri dari batuan diorit sampai granodiorit yang mengandung kuarsa 20% dengan kandungan feldspar dan biotit cukup menonjol. Di beberapa tempat dijumpai senolit bersusunan basa, menunjukkan kemungkinan batuan dioritan tersebut berasosiasi (menerobos) batuan basa jauh di bawah permukaan. Batuan ini menerobos Formasi Dolokapa. Satuan ini diperkirakan berumur Miosen tengah hingga Akhir, dan diduga sebagai sumber dari endapan emas letakan yang terdapat di daerah Wonggahu (Bachri et al., 1993).
Tmd Formasi Dolokapa : batupasir wacke, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi gunungapi, lava andesitikbasaltik. Berdasarkan hasil analisis pelontologi dan kedudukan stratigrafinya yang menindih takselaras Formasi Tinombo yang berumur Eosen, maka umur Formasi Dolokapa diperkirakan Miosen Tengah hingga awal Miosen Akhir. Adapun lingkungan pengendapannya adalah “inner sublitorial”. Formasi Dolokapa mempunyai pelamparan yang cukup luas, terdapat di daerah Paleleh hingga sekitar daerah Kuandang (Bachri et al., 1993).
Tmbv Batuan Gunungapi Bilungala : breksi, tuf dan lava andesitic sampai basalt. Berdasarkan susunan batuannya, kepingan batuan gunugapi di dalam Formasi Dolokapa diduga berasal dari kegiatan gunungapi yang menghasilkan Batuan Guungapi Bilungala. Oleh karena itu, umur batuannya diperkirakan Miosen Tengah hingga awal Miosen Akhir. Satuan batuan ini tersingkap di bagian timur daerah Tolontio, dan meluas ke arah timur Lembar Kotamobagu. Satuan ini diduga
mempunyai ketebalan lebih dari 1000 m (Trail, 1974).
Teot Formasi Tinombo (Teot) : lava basal, basal sepilitan, lava andesit, breksi gunungapi, batupasir wacke, batulanau, batupasir hijau, batugamping merah, batugamping kelabu, dan batuan metamorfosa lemah. Berdasarkan posisi stratigrafi, Formasi Tinombo tertindih takselaras oleh Formasi Randangan yang diperkirakan berumur Miosen tengah hingga Miosen Akhir. Pentarikan pada batuan lava basal dari formasi ini di Lembar Kotamobagu oleh Samodra (hubungan lisan) menunjukkan umur 51.9 juta tahun, atau Eosen awal. Oleh karena itu umur Formasi Tinombo dapat diperkirakan Eosen hingga Oligosen. Tebal formasi ini diperkirakan mencapai ribuan meter (Bachri et al., 1993).
STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
Zona utara yang terdiri dari busur gunungapi pengaruh subduksi berumur miosen akhir, hasil dari subduksi lempeng laut maluku dengan arah dip yang cenderung ke barat. Zona ini merupakan hasil dari lempeng samudra di utara, dan blok mikrokontinental berumur paleozoikum, kompleks metamorfisme Malino yang berasal dari perbatasan Australia - New Guinea dari Gondwanaland (Maulana et al., 2013). Hamilton (1979) dan Katili (1975) menginterpretasikan bahwa tunjaman Sulawesi Utara sebagai zona subduksi konvergen antara laut sulawesi dan lengan utara sulawesi. Katili menganggap hanya bagian barat yang aktif bergerak, namun Hamilton (1979) menunjukkan bahwa bagian timur juga aktif. Weissel (1980) mengidentifikasi annomali magnetik berumur Eosen di laut Sulawesi yang semakin muda kearah tunjaman sulawesi utara, menyiratkan subduksi Eosen akhir dibawah tunjaman (Silver et al., 1983). Struktur geometri dari tunjaman sulawesi utara telah dijelaskan dapat dijelaskan dengan rotasi negatif (searah jarum jam) dengan kutub terletak di
ujung timur lengan utara (Silver et al., 1983).
Menurut Surmont et al. (1994), Bagian barat dari lengan utara Sulawesi mengalami rotasi searah jarum jam sekitar 20-250 pada kala Miosen. Rotasi ini tidak lain disebabkan oleh pengaruh sesar Palu-Matano yang memotong bagian barat lengan utara Sulawesi (Surmont et al., 1994).
Lihat dan Download Peta Geologi Lembar Tilamuta : klik di sini!!!
0 comments: