Minggu, 03 Juli 2022

Geologi Regional Cekungan Sumatera Utara

Cekungan Sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen yang berupa tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi setelah berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum mulai berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungan Sumatera Utara.
Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat memanjang dan berarah Baratlaut – Tenggara. Proses sedimentasi yang terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan trangresi, kemudian disusul dengan regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur Cekungan Sumatera Utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan dan pergeseran-pergeseran yang berarah lebih kurang lebih Baratlaut – Tenggara.
Sedimentasi dimulai dengan sub-cekungan yang terisolasi berarah Utara pada bagian bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan. Pengendapan Tersier Bawah ditandai dengan adanya ketidak selarasan antara sedimen dengan batuan dasar yang berumur Pra-tersier, merupakan hasil trangresi, membentuk endapan berbutir kasar – halus, batulempung hitam, napal, batulempung gampingan dan serpih.
Transgresi mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan lingkungan berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya akan fosil foraminifera planktonik dari Formasi Peutu. Dibagian timur cekungan diendapkan formasi Belumai yang berkembang menjadi 2 fasies yaitu klastik dan karbonat. Kondisi tenang terus berlangsung sampai Miosen Tengah dengan pengendapan serpih dari formasi Baong.
Setelah pengendapan laut mencapai maksimum, kemudian terjadi proses regresi yang mengendapkan sedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan Julu Rayeuk) secara selaras diendapkan diatas Formasi Baong, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan Tufa Toba Alluvial.
Proses tektonik cekungan tersebut telah membentuk Stratigrafi regional Cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

Litostratigrafi Sumatera Utara (Kamioli dan Naim, 1973, Mulhadiono, 1975, Cameron dkk., 1980).

1. Basement Pre-Tersier
Terdiri dari dari batuan beku, batuan metamorf, karbonat dan dijumpai fosil Halobia yang berumur Trias terletak tidak selaras menyudut dibawah batuan sedimen diatasnya.

2. Formasi Parapat (Awal Oligosen)
Terdiri dari batupasir kasar dan konglomeratan dibagian bawah serta diatasnya dijumpai sisipan serpih. Secara regional dibagian bawah diendapkan dalam lingkungan fluviatil dan bagian atas dalam lingkungan laut dangkal.

3. Formasi Bampo (Akhir Oligosen)
Terdiri dari serpih hitam tidak berlapis, berasosiasi dengan lapisan tipis batugamping dan batulempung karbonat, dimana formasi ini miskin fosil dan diendapkan dalam lingkungan reduksi.

4. Formasi Belumai (Awal Miosen)
Dibagian timur cekungan ini berkembang formasi belumai yang identik dengan formasi Peutu yang berkembang pada bagian Barat dan Tengah. Formasi belumai terdiri dari batupasir Glaukonitan berselingan dengan serpih dan batugamping. Didaerah Arun, bagian atas formasi ini berkembang lapisan batugamping kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal sampai neritik.

5. Formasi Baong (Miosen Tengah – Akhir Miosen bagian Bawah)
Penyusun utama formasi ini adalah batulempung abu-abu kehitaman, napalan, lanauan, pasiran dan pada umumnya kaya akan fosil Orbulina Sp dan Globigerina Sp, Kadang-kadang diselingi lapisan tipis batupasir. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut dalam.
Formasi ini didaerah Aru dibagi menjadi 3 satuan :
a. Bagian bawah didominasi oleh lanau dan batulempung dengan sisipan batupasir dan batugamping
b. Bagian tengah (MBS) didominasi oleh batupasir glaukonitan dan lempung dengan sisipan lanau serta lapisan tipis batugamping. Pada anggota ini dikenal beberapa lapisan batupasir yang telah terbukti mengandung hidrokarbon, yaitu Sembilan Sand dan Besitang River Sand (BRS).
c. Bagian atas didominasi oleh lanau dan lempung dengan sisipan batupasir dan lapisan tipis batugamping.

6. Formasi Keutapang (Akhir Miosen)
Terdiri dari selang-seling antara batupasir berbutir halus – sedang, serpih, lempung dengan sisipan batugamping dan batubara. Dibagian Barat daerah Aru batupasirnya bertambah kearah atas, dibagian Timur serpih lebih dominan. Formasi ini merupakan lapisan utama penghasil hidrokarbon dan merupakan awal terjadinya siklus regresi, diendapkan dalam lingkungan delta sampai laut dangkal.

7. Formasi Seurula (Awal Pliosen)
Terdiri dari batupasir, serpih dan lempung. Dibandingkan dengan formasi Keutapang, formasi seurula berbutir lebih kasar, banyak ditemukan fragmen-fragmen moluska yang menunjukkan endapan laut dangkal atau neritik.

8. Formasi Julu Rayeu (Akhir Pliosen)
Terdiri dari batupasir halus – kasar dan lempung, kadang-kadang mengandung mika dan fragmen molusca yang menunjukkan endapan laut dangkal – Neritik.

9. Volkanik Toba (Kwarter)
Terdiri dari Tufa hasil aktivitas volkanik toba, menutupi secara tidak selaras diatas formasi seurula.

10. Endapan Aluvial
Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan Batulempung.

Lihat dan Download Peta Geologi Pulau Sumatera : klik disini!!!

Previous Post
Next Post

0 comments: